Kondisi Monumen Pancasila Sakti Terkini, Anda Harus Tahu!

Hari libur sekolah, enaknya jalan-jalan atau wisata. Apalagi liburan sekolah ini bertepatan pula dengan liburan hari raya Idul Fitri. Hari libur yang panjang pastinya. Kalau di rumah terus kan jenuh, pikiran dan badan justru bisa sakit. Yang biasanya gerak, eh tiba-tiba disuruh rebahan. Tulang akan jadi kaku, sendi-sendir terasa ngilu. Yang paling tak enak seh sebenarnya, pikiran jadi melayang. Mikirin yang tidak-tidak. Ya begitulah nasib anak rantau yang tidak bisa mudik, hehehe

Karena saya itu orangnya suka dengan sejarah, kali ini saya berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti yang berada di Pondok Gede Jakarta Timur, dekat dengan Taman Mini Indonesia Indah atau dekat dengan Asrama Pondok Haji Pondok Gede. Pokoknya akses jalannya sangat mudah. Gampang kok, nanya kesetiap orang pasti tahu. Jika malu bertanya, bolehlah buka google map hahaha. Saya kok sombong amat ya, saya aja sudah tak kehitung berapa kali pernah kesana, eh setiap kesana keder. Pasti nanya-nanya ke orang. Maklum, Jakarta kan cepat sekali perubahannya.


Kenapa pilihannya wisata ke Monumen Pancasila Sakti? Seperti apa yang saya jelaskan di atas, karena saya itu suka sejarah disamping itu wisata ke Monumen Pancasila Sakti bisa menghemat biaya. Tahu sendiri kan, keadaan lagi sulit, cari duit lagi seret. Maka harus pintar-pintar atur uang. Jangan sampai, jalan-jalan abis itu hati nelangsa karena isi dompet merana. Sebenarnya pengennya ke TMII atau ke Ancol, tapi apa daya, keuangan tak mendukung.

Berapa Harga Tiket Masuk (HTM) ke Monumen Pancasila Sakti? Pertanyaan yang bagus sekali. Harga tiket sangat murah. Terjangkau banget. Iya berapa? Wah tak sabar banget seh. HTM masuk ke area Monumen Pancasila Sakti ya itu perorang Rp 5000,-.  dan Motor Rp 5000,-.  Belum lagi nanti kena biaya parkir perjamnya. Kemarin saya kena biaya parkir Rp 7000,- karena saya cukup lama berada di sana. Gimana, sudah puas dengan jawaban saya?


Seperti apa yang saya singgung, saya pernah mengulas Monumen Pancasila Sakti. Kali ini saya hanya ingin mengulas secara ringan saja, lebih tepatnya hanya ingin pamer photo hasil jepretan saja. Saya tidak mau menyingung terlalu jauh dengan sejarah atau peristiwa yang pernah terjadi. Takutnya salah presepsi. Sebab apa? Karena sejarah tentang G30S/PKI masih menimbulkan kontroversi. Terus mana yang benar? Saya sendiri juga tak tahu. Walau sebenarnya tentang sejarah G30S/PKI saya sudah banyak membaca dari berbagi sumber buku. Tapi seperti apa yang saya bilang tadi, saya tak berani menyimpukan.

Yang penting intinya peristiwa G30S/PKI itu benar-benar terjadi. Dan ada yang menjadi korban atau dikorbankan. Sebuah peristiwa yang keji. Sebuah peristiwa yang berdarah-darah. Pertumpahan darah sesama anak bangsa demi sebuah kekuasaan. Semoga tak terulang lagi ya? Yang dirugikan tetaplah bangsa Indonesia sendiri. Kalau bertikai terus, kapan bisa membangun negara ini? Negara lain sudah sibuk dengan teknologi, Indonesia masih cakar-cakaran.


Kalau dulu, motor bisa parkir dekat dengan pintu masuk area Monumen Pancasila Sakti, kini tidak bisa lagi. Sekarang sudah dijadikan satu, roda dua dan bus menjadi satu. Mungkin biar lebih rapi. Saya lebih suka, karena pengunjung akan lebih tertib juga. Dari area parkir, nanti pengunjung akan naik berapa anak tangga. Baru dah, masuk ke inti dari arena Monumen Pancasila Sakti. Pepohonan nampak rimbun, udara terasa adem dan sepoi-sepoi.

Tapi sayang ya, tak ada jalan khusus bagi pengunjung yang menggunakan roda dua. Saat itu, saya berbarengan dengan pengunjung yang sudah sepuh, menggunakan roda dua. Keluarganya begitu kesulitan saat memasuki area utama Monumen Pancasila Sakti. Terpaksa. Terpaksa orang tuanya digendong atau dipapah baru kursi rodanya diangkat. Semoga bisa menjadi bahan perhatian bagi pengelola tempat wisata Monumen Pancasila Sakti, agar ada area atau jalan khusus buat kursi roda. Jangan sampai anak tangga semuanya.


Area utama Monumen Pancasila Sakti terdapat tiga rumah. Bentuknya unik dan menarik dan semuanya masih terawat dengan baik. Saya suka banget dengan model atau gaya rumah itu. Kalau untuk ukuran rumah saat itu, pastinya tergolong rumah mewah ya. Walau dindingnya masih dari ayaman bambu. Apakah saat itu hanya ada tiga rumah? Kalau pengamatan saya dari koleksi photo lawas, sepertinya iya. Hanya tiga rumah.

Tiga rumah tersebut mempunyai peranan masing-masih. Yang menjadi pusat perhatian adalah rumah yang dipergunakan untuk penyiksaan Pahlawan Revolusi. Disana ada diorama adegan introgasi dengan backsound yang mencekam. Jika anda memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama, akan membuat bulu kudu merinding. Anda akan terasa dibawa ke masa lalu, atau anda seakan-akan menyaksikan secara langsung.

Sumur Maut pastinya lebih ngeri lagi ya. Sumur dengan lampu warna merah yang menambahkan ke hororan. Sumur dengan kedalaman sekitar dua belas meter yang dipergunakan PKI mengubur jasad para Pahlawan Revolusi. Sebuah tragedi yang ngeri. Kok bisa setega itu. Saat itu, naluri kemanusiaan kemana ya?  Ah isi kepala saya tak bisa menjawab.

Nah, tak jauh dari sumur maut. ada patung besar dan tinggi. Tujuh patung dengan latar belakang patung garuda yang gede dan kokoh. Anda bisa berphoto-photo di sana. Atau anda bisa melihat relief yang terpahat di dinding. Yang mengisahkan peristiwa G30S/PKI. Jika anda sudah puas, diarea akhir utama Monumen Pancasila Sakti terdapat mobil truk tentara. Cukup sekian dulu ya, nanti dilanjutkan dengan area atau gedung lainnya yang ada di Monumen Pancasila Sakti. Yaitu gedung Paseban.

Berita Terkait

6 komentar:

  1. Jalan-jalan ke museum, wisata sejarah, memahami perjuangan bangsa biar jiwa patriotiknya makin kuat.

    BalasHapus
  2. Duh, malah saya gak pernah membawa anak-anak ke Monumen Pancasila. Saya pribadi pernah berkunjung itupun saat saya duduk di bangku SMA, tahun 80-an.
    Memperkenalkan sejarah kepada anak, saya kira itu perbuatan yang patut diacungi jempol.

    Salam jumpa kembali via blog, Mas

    BalasHapus
  3. Thanks for your sharing...

    BalasHapus
  4. oneday mungkin pengen nih ke jaktim liat monumen pancasila, siapa tahu kan selain dapat sejarah juga bisa calon ibu penerus generasi wkwkwk

    BalasHapus
  5. Saya pernah ke sini mas..ada dua kali tapi udah lama sekali lupa tahun kapan...kebetulan sy dri Sumatra dan di ajak main kesini..tapi kalau melihat tempatnya sepetinya masih di rawat ya..bersih gitu...saya yg ke inget itu kalau ga salah ada dapur yg ada tungku..dan kamar yg ada ranjangnya..masih ada ga ya?kalau sumur sy juga masih inget dan foto"mereka yg di jebloskan kedalamnya.agak serem juga si ngebayanginnya

    BalasHapus
  6. Ya ampuuun ini udh lama jadi wishlist ku, tapi blm sempet2 mas datangin. Museum Jend Nasution yg di Menteng aku udah, naah tinggal yg di lubang buaya ini. Eh Amamuseum Jend ahmad Yani yg Di Menteng .

    Apa besok aja aku datangin Yaa, mumpung 1 May libur 😁.

    Tapi kayaknya aku pun pasti sedih sih kalo liat dioramanya. Nonton filmnya aja cuma sekali langsung trauma. Ga pernah nonton lagi, nangis ih 😔

    BalasHapus

 
Back To Top