Jenuh dengan Rutinitas Kerja? Main ke Sawah Saja!

Petani Sedang Istirahat

Beberapa hari ini, suasana hati kurang begitu mood. Saya sendiri juga bingung apa penyebabnya. Yang ada hanya rasa bosan dan kejenuhan. Inginnya itu bermalas-ria. Menulis pun saya kerjakan dengan terpaksa. Sehingga jangan heran, jika artikelnya kurang begitu sempurna. Pesan yang ingin disampaikannya pun tidak jelas. Amburadul dan acakadul. Ngalor-ngidul tidak karuan. Tapi tidak apalah ya? Demi blog ini agar tampak selalu eksis.

Suasana hati jika kurang mendukung, jika dipaksa sebenarnya justru menambah beban itu sendiri. Mungkin sudah menjadi watak manusia, selalu ada rasa jenuh dan kebosanan. Selalu ada keinginan hal baru, atau sebuah kejutan. Sesekali terbebas dari sebuah rutinitas yang menjenuhkan. Sudah menjadi adat dan watah manusia juga, ingin sebuah kehidupan yang bebas tanpa peraturan. Walaupun hati kecilnya menyadari, kebebasan itu sesungguhnya tidak pernah ada. Kehidupan ini tetap dipenuhi oleh tradisi-tradisi yang mengikat.

Jika saya dilanda kejenuhan. Entah karena beban kerja yang tampak berat. Atau kesemrawutan pikiran. Konsentrasi yang hilang. Kegundahan batin. Kecemasan. Ketakutan. Dan hati yang tidak tenang. Saya berusaha menghibur diri. Seminim mungkin untuk menghilangkan rasa berkeluh-kesah. Karena apa? Keluh-kesah justru akan menambah beban berat kehidupan itu sendiri.


Dengan cara apa menghibur dirinya? Jalan atau main ke sawah. Piknik yang murah-meriah. Eleh katrok tenan seh? Wisata kok ke sawah. Emang tidak punya modal? Betul juga seh. Isi dompet kurang bersahabat, ya terpaksa cuci matanya ke sawah saja. Dekat rumah pula. Inginnya seh jalan-jalan ke mal, borong gadget keluaran baru. Tapi apa boleh dikata!

Dengan jalan-jalan ke sawah, saya jadi lebih bisa mengenal kehidupan dari seorang petani itu sendiri. Sebuah kehidupan yang lebih keras jika dibandingkan dengan pekerjaan yang saya geluti. Mereka harus kepanasan, memikul beban berat padi hasil panennya. Dan yang lebih parah menurut saya, mereka harus bergatal-ria dan berlumpur-ria.

Tapi yang saya saksikan dari wajah-wajah mereka adalah tetap ceria dan mudah melemparkan senyum. Betapa riangnya mereka. Sesekali bercanda sesama rekannya. Tertawa tanpa beban. Mereka tampak menikmati kehidupannya. Mereka menggeluti profesinya dengan penuh totalitas. Kalau dipikir, masih beruntung pekerjaan yang saya geluti. Tidak memakan fisik yang terlalu berat. Dan seharusnya saya lebih bahagia dari mereka. Saya harus lebih bersyukur.

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top