email: djangkarubumi@yahoo.com

Sebagian Masyarakat Jakarta Masih Ragu dengan Perda Pelarangan Ondel-ondel Betawi Buat Ngamen Akan Disahkan


Ayo sudah ada yang tahu apa itu Perda? Peraturan daerah, betul kagak? Betul sekali. Sebuah rancangan peraturan daerah akan resmi dan memiliki kuatan hukum jika sudah disetujui oleh DPRD dan Pemerintah Daerah. Apa itu kepanjangan dari DPRD? Ya ampun Bang, hal sepele seperti itu kok dipertanyakan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Iya betul sekali. Tidak usah sensei dong, kan hanya ingin mengetes daya ingat hahahha.

Eh denger-denger nih, Pemerintah Daerah Kota Jakatar akan mensahkan Perda larangan Ondel-ondel Betawi. Tapi katanya, untuk resminya nanti sekitar tanggal 22 Juni, sebagai kado ulang tahun Kota Jakarta. Masih butuh beberapa hari ya. Rancangan Perda ini menuai pro dan kontra. Tapi itu hal biasa, yang namanya sebuah kebijakan, pastinya tidak bisa memuaskan semua kalangan. Jadi perbedaan ini, kita ambil positifnya saja. Ya paling tidak menjadi bahan obrolan di warung kopi.




Apa itu Ondel-ondel Betawi? Aduh pertanyaan yang sedikit rumit nih. Ondel-ondel Betawi adalah boneka besar yang terbuat dari anyaman bamu. Ciri khasnya adalah rambut boneka besar ini mirip atau menyerupai kembang kelapa. Kalau bahasa Jawanya kembang manggar. Membuat rambut Ondel-ondel ini cukup mudah kok, bahan dasarnya lidi yang nanti bungkus dengan kertas warna warni. Pinggir kertas, nantinya di suwir-suwir, sehingga kelihatan mekar. Filosufi dari rambut Ondel-ondel ini adalah simbol kemakmuran, keterbukaan dan kehidupan manusia yang bermanfaat. 




Ondel-ondel Betawi awal mulanya lebih dikenal dengan nama Barongan. Maka jangan heran, jika generasi tua, akan lebih suka menyebutnya Barongan daripada Ondel-ondel. Barongan itu sendiri mempunyai makna bareng-bareng, ya sebuah permainan yang dimainkan secara bersama, serombongan atau sekelompok. Ada yang memainkan boneka besar itu, ada yang memainkan alat musiknya, ada yang mendorong soundsistemnya dan ada yang selaku sebagai keamanan. Tidak ketinggalan naih, ada yang sebagaian pengider ember kecil untuk menerima saweran dari penonton.

Barongan ini dengan seiring waktu berubah nama menjadi Ondel-ondel. Karena apa, ya karena saat joget itu kepala barongan gedek-gedek, seperti mau copot hehehe. Gedek-gedek atau goyangan kepala mengikuti gerakan barongan saat beratraksi atau saat berjoget. Belum lagi dengan lagu Benyamin Sueb dengan Yuk Nonton Ondel-ondel yang begitu populer. Dengan seiring waktu, Barongan Betawi ini berubah nama menjadi Ondel-ondel Betawi.



Topeng Ondel-ondel atau orang Betawi menyebutnya dengan nama kedok, awal mulanya terbuat dari kayu. Dengan seiring jaman, kini terbuat dari bahan sejenis fiber, lebih ringan. Topeng warna merah, melambangkan Ondel-ondel lelaki, umumnya disebut Kobar. Dan Topeng warna putih, untuk ondel-ondek jenis perempuan disebutnya Borah. Tapi kini, kedok ondel-ondel lebih variatif, mengikuti perkembangan jaman. Sehingga wajah ondel-ondel juga aneka ragam.

Menurut sejarah. Ondel-ondel Betawi dulu dipergunakan untuk mengusir roh jahat,atau sebagai tolak bala atau saat pesta panen. Nah dengan perubahan jaman, kini Ondel-ondel Betawi menjadi sebuah pertunjukan kesenian budaya. Sebagai penyemarak pesta rakyat, penyambutan tamu kehormatan, pesta sunat atau pesta pengantin. Sehingga keangkeran dan kesakralan dari Ondel-ondel Betawi semakin luntur. Ya ya ya Ondel-ondel Betawi kini menjadi sebuah seni pertunjukan yang menghibur.



Ondel-ondel Betawi secara resmi menjadi ikon kebudayaan masyarakat Betawi sejak tahun 2017, dengan peraturan gubernur DKI Jakarta nomor 11 tahun 2017. Dan terwujudlah Monumen Ondel-ondel Betawi di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Kini mau ada peraturan baru nih, yaitu perda pelarangan Ondel-ondel Betawi sebagai alat pengamen. Seperti apa yang saya bilang sebelumnya, perda ini masih mendapatkan pro dan kotra di kalangan masyarakat Jakarta.

Kenapa setelah adanya penetapan Ondel-ondel Betawi sebagai ikon Jakarta terus ondel-ondel menjadi barang yang suci? Sebenarnya aneh ya? Maunya Pemerintah seh bagus, agar Ondel-ondel Betawi sebagai warisan budaya mendapatkan tempat yang layak dan penghormatan yang tinggi. Tapi kalau mau jujur, masyarakat mengenal Ondel-ondel Betawi ya lewat pengamen ini. Ya kerane pengamen Ondel-ondel Betawi ini yang rajin saban hari keliling kampung.




Kalau Sanggar Betawi hanya menunggu undangan hajatan, apakah bisa menjadi penghidupannya? Jika seandainya Ondel-ondel Betawi keliling harus dengan kru musiknya, apakah penghasilannya mencukupi? Kalau kita perhatikan, masyarakat jika punya hajat sudah jarang yang mengundang Ondel-ondel Betawi. Instansi pemerintah saja, lebih memelih beli Ondel-ondel Betawi baru daripada sewa ke sanggar Betawi. Lebih murah beli sendiri daripada harus sewa.

Jika ada lowongan pekerjaan, orang juga engganlah untuk mengamen dengan ondel-ondel. Atau jika mereka pendidikannya tinggi, punya ketrampilan pastinya memilih pekerjaan lain. Ya ya ya pemerintah seharusnya lebih focus menciptakan lowongan pekerjaan seluas-luasnya bagi masyarakat. Tahu sendirikan, mencari pekerjaan di Jakarta kini lumayan sulit. Jika sampai peraturan pelarangan Ondel-ondel Betawi disahkan, pastinya akan punya dampak. Ondel-ondel Betawi akan dibuat ngamen di daerah lain. Pengamen Ondel-ondel Betawi sebenarnya juga hanya sebatas bertahan hidup, dikerasnya kota Jakarta.

Kalau kita perhatikan, Ondel-ondel Betawi ini mulai ditiru di daerah lain. Bisa jadi suatu saat, Ondel-ondel Betawi hanya tinggal sejarah dan menjadi kenangan di Kota Jakarta. Ah jangan sampailah! Terlalu jauh kekwatirannya. Ya ya ya seandainya Perda tersebut bener-benar disahkan pada tanggal 22 Juni, ya setidaknya pemilik Sanggar Ondel-ondel Betawi mendapatkan perhatian yang lebih dari Pemerintah. Instansi-instansi pemeringah lebih sering menanggap Ondel-ondel Betawi. Saban bulan, ada pagelaran Budaya atau diberi ruang khusus untuk tampil saban harinya. Sehingga mereka selaku seniman tidak perlu keliling. Aduh Abangku sok pintar, Pemerindah Daerah sudah pasti berpikir seperti itu. Abang tidak perlu menggurui! Paham!!!!!

Berita Terkait

9 komentar:

  1. Mas, perda larangan ondel-ondel itu apa ya intinya? Maksudnya melarang ondel-ondel dijadikan alat untuk mengamen di jalanan, begitu ya Mas?

    Saya sekilas membaca berita perda ini, tapi belum jelas bagaimana sebenarnya duduk perkaranya.

    Salam,

    BalasHapus
  2. Kak Ros pun jadi ondel2

    BalasHapus
  3. Harusnya pemerintah bisa memperbanyak acara yang melibatkan budaya lokal sih. Agar ke depannya gak perlu ada lagi ondel-ondel yang ngamen keliling.

    BalasHapus
  4. Kalau sampai ondel-ondel benar-benar dilarang, masyarakat jakarta harus demo. Karena itu warisan budaya, perlu dilestarikan.

    BalasHapus
  5. Sbnrnya aku setuju sih kalo ondel2 dilarang dijadikan alat mengamen. Itu kan simbolnya Betawi, lambang jakarta, masa dijadiin alat ngamen yg lagunya aja suka ngasal.

    Lagian kdg aku mikir mas, emangnya untung yaa ngamen pake ondel2? Soalnya yg menjadikan ondel2 sebagai alat ngamen, itu biasanya rombongan rame. Sementara orang2 aja udh ga banyak yg bawa cash. Artinya pendapatan mereka juga dikit seharusnya. Msh harus dibagi2.

    Bukannya lebih untung kalo ngamen biasa aja ..

    BalasHapus
  6. kok senengnya ngelarang budaya rakyat.....
    mentang mentang punya kekuasaan!

    BalasHapus
  7. Rasanya pada gubernur sebelumnya, udah ada juga ya wacana untuk pelarangan ondel2 ngamen. Saya baru tau kalo ondel2 dulunya disebut barongan, haha... Pernah tinggal menahun di lingkungan Betawi, cukup akrab juga saya dh budaya Betawi. Moga ondel2 selalu dilestarikan sebagai bagian dari budaya Betawi. Selalu ditampilkan saat ada acara adat dan budaya.

    BalasHapus
  8. tapi memang banyak orang sekarang ini memanfaatkan budaya ondel2 untuk mengemis, sangat miris memang

    BalasHapus
  9. gimana nasib orang-orang yang ngamen pake ondel-onde kalo larangan di sahkan, waktu kerja di jkt banyak banget gw lihat pengamen ondel-ondel tiap sore keliling jalan

    BalasHapus

 
Back To Top