Kota-kota besar pasti mengalami persoalan yang hampir sama kalau menyangkut hal sampah. Apalagi Kota Jakarta, dijamin dibuatnya pusing tujuh keliling, entah siapa pun itu gubernurnya. Mungkin kalau belum menjabat, kayaknya punya ide yang berlian dan jitu. Eh giliran sudah menjabat, ternyata tidak semudah dan simple apa yang dibayangkan. Pokoknya rumit dan jelimet. Akan selalu menjadi wacana.
Dari budaya masyarakat yang masih gemar membuang sampah sembarangan. Belum lagi, pemerintah yang semakin minim mempunyai lahan kosong guna menampung sampah sementara, sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir. Atau mungkin juga alat transportasi yang terbatas dan semakin usang. Tenaga atau karyawan pengangkut sampah yang terbatas. Dan banyak fakor hal lainnya.
Sebenarnya warga atau masyarakat juga ingin tertib membuang sampah. Ingin membuang sampah pada tempatnya. Tapi kenyataan dilapangan, ada sampah rumah tangga yang lama diangkut. Sedangkan rumah-rumah di Jakarta begitu berdempet-dempetan. Masak iya harus berdempet-dempetan lagi dengan karung-karung sampah rumah tangga hehehe. Mana kuat hidung menahan bau yang super tidak wangi dari hasil sampah masak emak-emak hehehe.
Oh Jakarta, semenjak Pak Harto lengser nasibnya semakin ngos-ngosan. Daerah yang berhimpitan dengan Jakarta, kini menjual mahal hehehe. Sedangkan Jakarta, kalau soal sampah sudah ketergantungan banget dengan tempat pembuangan sampah Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Eh pengolahan sampah di RDF Plant Rorotan, Jakarta Utara pun belum semulus yang dibayangkan. Belum lama ini, kena demo ya.
Ya ya ya, kalau tidak begitu, bukan kota besar namanya. Semakin banyak penduduk dan semakin terbatasnya lahan kosong, sudah pasti akan muncul persoalan sampah. Masyarakat akan bingung dan kesulitan harus membuang kemana itu sampah rumah tangganya. Apalagi, kini penggunaan bahan plastik sebagai pembungkus makanan dan sebagainya mengalami peningkatan yang luar biasa. Sampah plasti, wow banget!
Eh kalau ngomongin soal sampah. Dulu di sisi pojok makam atau kuburan Buni Jalan Tipar Cakung, Sukapura, Cilincing Jakarta Utara. Persisnya di bawah mesin gensit PLN.Sampahnya bertumpuk-tumpuk dan berhampuran. Berserakan, sampai memakan seperempat jalan raya. Sampah plastik beterbangan, sehingga mengotori ruko-ruko yang di seberangnya. Halaman ruko, jadi penuh sampah plastik. Kalau musim hujan, bau menyengat. Parah banget dah!
Karena sampahnya yang menggunung dan memakan bahu jalan, otomatis sering mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Kalau pagi dan sore, saat jam berangkat dan pulang karyawan kerja, kamacetan sampai mengular panjang. Sebenarnya sudah lama dikeluhkan oleh pengguna jalan raya Tipar Cakung dan warga masyarakat sekitarnya. Belum lagi, area tempat sampah itu kan juga dekat banget dengan mesin gensit PLN. Listrik jadi sering padam, karena mesin gensit sering rusak.
Tapi kini, semenjak ada pelarangan membuang sampah di area tersebut. Depan makam atau kuburan umum Buni Sukapura Jalan Tipar Cakung, Jakarta Utara jadi bersih. Enak dipandang, tidak ada lagi sampah-sampah berserakan dan berhamburan. Kemacetan juga sudah tidak terjadi lagi. Lancar jaya. Rencana bekas area pembuangan sampah tersebut akan dijadikan taman. Bagi masyarakat yang ingin membuang sampah, sekitar jam delapan pagi ada mobil sampah yang stand di sana. Sampah langsung diangkut ke dalam mobil.
Thanks for your sharing
BalasHapusCoba dikelola ormas, cepet tuh bersihnya mas
BalasHapusmasyarakat yang masih sangat kurang perhatian dan kesadarannya, padahal membuang sampah sudah diajarkan sejak SD loh
BalasHapus