Pak Tua Service Payung Keliling yang Masih Menekuni Profesinya

Musim penghujan tahun ini, kayaknya terlalu lama ya, lebih dari enam bulan. Musim yang dinanti eh musim yang dibenci juga. Kagak ada hujan, tanah mengering. Sumber mata air juga ikut surut. Persawahan banyak yang dianggurkan, alias tanah persawahan retak-retak tak bisa diolah. Udara juga teras menyengat, garah dibadan. Datang hujan juga pening, rumah bocor, bagi penjual es adalah musibah karena tak bisa berdagang, sepi pembeli. Hati juga was-was, takut banjir datang, khususnya di kota besar ya.

Pada dasarnya, hidup ini tak ada istilah nyaman. Karena hampir setiap hari selalu ada hal yang tak terduga, bikin hati was-was. Hidup ini selalu ada masalah, persoalan terselesaikan akan ada persolan lain yang menghadang. Apakah setiap persoalan hidup harus diselesaikan, tidak juga. Diumbar atau dibaikan akan hilang dengan sendirinya. Sebenarnya bukan hilang, tapi akan lupa dengan sendirinya. Ya, namanya fisik manusia itu semakin melembah, daya ingat juga mulai menurun. Yang sekarang dianggap penting, suatu saat dianggapnya tak penting. Ibarat mikirin mantan, sedangkan yang dipikiran tak tak mikiran. Hal yang sia-sia pastinya.

Kembali ke musim penghujan ah. Punya payung itu penting, pastinya semua ingat dengan pepetah kuno, sedia payung sebelum hujan. Kalau tidak punya payung, gagap dan kebingungan. Jika hujan tiba-tiba menghadang, tak bawa payung, ah ha basah kuyuplah. Saya punya payung lebih dari tiga. Wow banyak amat! Hadiah bonus lebaran dari pedagang pasar. Jadi bukan hasil beli sendiri.

Eh ternyata ada payung yang rusak. Mau dibuang sayang, disimpan juga buat apa. Serba bingung kan. Rumah sudah sempit, berantakan pula. Jadi mau menyiman benda-benda yang rusak itu serba gimana gitu. Ah, kapan punya rumah yang lega ya, rencana yang sudah lama eh belum terwujud juga. Rezeki lagi dibatasin, eh bukan dibatasin kalau kata teman saya seh. Tapi rezekinya lagi digilir, sekarang rezekinya lagi dikasih atau lagi jatah orang lain. Jadi saya menunggi giliran rezekinya datang kembali. Hahaha, jadi kayak mirip arisan ya. Tapi memang seperti itulah kenyatan hidup, roda berputar. Kadang ada masanya jaya dan ada waktunya surut pula.

Hati harus selalu lapang dada, harus menerima takdir. Dan harus selalu bersyukur. Selama ruh ini masih melekat dibadan, alis masih hidup. Suatu hal akan bisa dihadapi atau bisa diselesaikan. Syukur-syukur badan masih sehat, masih kuat. Wah pastinya menjalani kehidupan ini akan lebih mudah. Sebesar apapun problema kehidupan, akan bisa diterjang dengan gampang. Rawe-rawe rantas, malang-malang puntung. Hahaha...itu sekedar menghibur diri ya.


Saya itu salut dan kagum melihat orang yang sudah tua, tapi masih mau bekerja. Atau masih mau berusaha. Ancung jempol dengan semangatnya. Kok beda dengan diri ini, yang masih muda, eh badan begitu aras-arasan. Rasa malasnya itu lo, sangat melekat dengan tubuh ini. Ah mungkin saya terlalu banyak angan-angan ya. Terlalu banyak pikiran, terlalu banyak hal yang ingin digapai. Jadi isi kepala sudah berat duluan. Alias berat isi kepala sama berat tubuh, gede atau berat isi kepala. Nah itu yang bikin malas atau susah gerah tubuhnya.

Eh kebetulan juga nih, payung yang rusak belum saya buang. Tak disangka-sangka ada pak tua tukang service payung keliling lewat depan rumah. "Pak pak tunggu, saya mau betulin payung", teriak saya dari teras rumah. Pak tua itu pun langsung berhenti, dan saya tunjukan atau memberikan payung yang rusak tersebut."Ini kena biaya lima belas ribu rupiah, bagaimana bang?", kata pak tua tersebut."Oklah", jawab saya.

Emang apa yang rusak payungnya? Ganggang payungnya putus atau patah. Payung saya langsung dibetulin atau diservice pak tua tersebut. Tak membutuhkan waktu lama, sekitar lima belas minit, selesai sudah. Payung saya sudah bisa dipergunakan lagi. Saya memperhatikan gerak tangannya yang begitu gesit. Terampil betul pak tua ini. Mungkin sudah ahlinya kali ya. Terimakasih pak tua, salam sehat selalu ya. Semoga banyak orderan di musim penghujan ini.

Berita Terkait

8 komentar:

  1. sehat sehat terus buat Pak Tua jasa service payung
    justru kalau melihat bapak bapak seperti ini, yang nggak peduli umur tapi masih semangat kerja, jadi kagum. Beda sama mereka mereka yang usianya muda tapi minta minta.

    BalasHapus
  2. Ya ampuuun mas, ini si bapak kalo lewat rumahku bakal aku panggil jugaaaa. Banyaaak nih payung yg udah ga bisa dipake 😔. Dibuang sayang, disimpen ya bikin numpuk sampah.

    Samaaa, aku juga salut Ama orang tua yg msh mau kerja. Kadang malah jadi ga tega. Tapi tetep kasih jempol buat orang2 yang begini

    BalasHapus
  3. payungnya bagus ya, warna biru gambar kembang. Salut untuk ketekunan bapaknya. Mencari nafkah dengan keahlian servis payung. Kalau aku di rumah malah payung ketriwal mulu...padahal sering dapat juga atau beli...nanging kadang nylempit tar kemana hahhahah

    BalasHapus
  4. Haduh, jadi pingin ikut meratapi diri yang masih muda ini.

    Lalu apa ya yang membedakan yang muda dan yang tua, bukankah seharusnya yang muda yang bertenaga.

    Atau yang muda terlewat nyaman rebahan dan aras-arasan arep tangi, gelem tangi gor arep gae kopi.

    Yo ws lah, salam sehat aja buat pak tua semoga yang diharapkan mudah untuk dicapai. Eh, ternyata tua itu pencapaian loh.

    BalasHapus
  5. Barakallah buat bapak tua tukang servis payung ini. Ikut salut sama beliau yang meskipun sudah berumur tapi tetap berusaha mencari sesuap nasi. 15K untuk membetulkan payungnya murah sekali ya. Coba bisa ketemu bapak ini :)

    BalasHapus
  6. begitula kalo kita sendiri udh tua ngga ada uang simpanan harus mencari rejeki untuk sesuap nasi., aminn

    BalasHapus
  7. jadi ingat waktu di bandung

    BalasHapus

 
Back To Top