Saat menjelang lebaran Idulfitri, harga kelapa parut perbutir bisa tembus 30 ribuan rupiah. Wah harga yang lumayan fantastis, dari harga normalnya yaitu berkisar 10 ribuan rupiah. Kenapa bisa terjadi kenaikan harga yang begitu melonjak? Ya maklumlah, semua orang ingin menikmati gurihnya lebaran. Di bulan itu kan semua masyarakat aji mumpung, termasuk para pedagang dan para petani hehehe. Dan para pembeli juga sudah terbiasa, sehingga tidaklah kaget. Walau dalam hati ada rasa memberontak hahaha.
Informasi atau berita yang ada sekarang serba kejutan. Belum selesai berita yang ini, sudah ada berita heboh baru lagi. Dan seterusnya. Masyarakat sepertinya dipancing untuk terus memberikan komentar. Ya paling tidak, perasaan dan pikiran masyarakat dipercampukadukan. Berita politik, terus muncul berita perselingkuhan, terus berita kelangkaan bahan pokok, terus perita tentang keamanan dan sosial, terus dan terus. Semua berita itu disajikan dalam informasi pendek atau yang lebih terkenal dengan berita short. Maka jangan heran, masyarakat Indonesia kini mudah sekali terkena penyakit lambung hahaha.
Itulah bahayanya informasi short. Otak atau pikiran dipaksa untuk menyimpulkan sebuah peristiwa atau informasi. Otak dan perasaan akkhirnya hanya bisa menerka-nerka kesimpulan dari informasi yang didapat. Apalagi sekarang juga eranya AI, semakin sulit membedakan apalah itu berita asli atau hoaks. Kalau bisa, jangan terlalu sering menonton informasi yang pendk-pendek. Kasihan atak dan lambung, karena dipaksa harus bekerja keras untuk mencerna informasi tersebut. Ah masak iya seh?
Karena informasi yang viral begitu derasnya, sampai soal kenaikan harga kelapa terlewatkan. Atau mungkin karena kelapa bukan kebutuhan pokok, sehingga tidaklah begitu penting. Sehingga tidak perlu dibuat gaduh? Entahlah. Beda halnya jika tentang gas elpiji 3kg atau tentang minyak sayur. Wow banget dah, bahkan bisa terjadi demo-demoan.
Apa yang menyebabkan harga kelapa parut naik? Pastinya banyak fakor ya. Semisal kebutuhan ekspor. Pengusaha kelapa, pastinya lebih memilih untuk menjual ke luar negeri. Karena keuntungan yang didapatkan lebih besar, jika dijual ke industri dalam negeri. Emang kelapa diekspor kemana? Umumnya ke China. Penyebab harga kelapa naik juga karena, permintaan pasaran yang meningkat, sedangkan pasokan dari petani yang jumlahnya terbatas. Faktor alam juga ikut mempengaruhi, semisal terjadi bencana alam atau hal lainnya.
Entah kenapa Pemerintah belum juga berhasil menekan harga kelapa parut agar kembali seperti semula ya? Mungkin karena tidak ada teriakan emak-emak hehehe. Atau mungkin pemerintah lebih mendukung menjual kelapa ke luar negeri, yang bisa menambah devisa negera? Entahlah ya. Tapi seharusnya, pemerintah lebih mengutamakan kebutuhan atau pasokan dalam negeri. Seharusnya!
Di tempat saya sekarang ini susah sekali untuk dapat bekalan kelapa. Minggu lepas saya mahu buat serondeng kelapa, tiada sebiji kelapa di pasar. Keesokan harinya dapat sebiji beli di kampung siap diparut. Harga sebiji RM4.00. Suami bilang mahal sekali. RM4.00 kira-kira berapa rupiah Pak?
BalasHapusBantu jawab, rm1 =Rp3840 kak Ammi 😁.
HapusAku sempet denger kelapa naik tinggi. Tp memang ga terlalu mempengaruhi di aku, Krn, aku jarang masak pakai santan 😅😅. Bisa dibilang ga pernah. Kalo pun bikin makanan yg pakai santan, aku ganti menggunakan fiber creme mas. Ini pengganti santan yg lebih sehat.
BalasHapusJadi sebenernya pinter2 kita aja utk cari alternatif kalo ada yg naik tinggi