Menjelang Sore Asiknya Berkuliner demi Persiapan Berbuka Puasa

Penjual Takjil

Ditempat saya, jika sore banyak sekali warung dadakan. Hampir berderet, jarak berapa meter sudah ada lapak meja. Maklum, bulan ramadan berkah bagi pedagang. Walau pada umumnya yang dijajakan sekitar menu gorengan, es buah, kolak, lontong dan bubur sumsum. Ya, hanya seputar aneka makanan dan minuman itu. Maka tidak heran, jika antara lapak kok menunya sama. Yang hanya membedakan pastinya soal rasa dan penyajian.

Tapi saya punya langganan tetap. Soal penyajian dan caranya masaknya juga bersih alias hegenis. Soal harga, ya hampir samalah dengan lapak lainnya. Tidak jauh beda. Masih berkisar lima ribu rupiah. Harga yang standar. Rasanya nikmat, bikin nagih gitulah.

Diantara menu yang saya sukai adalah bubur sumsum. Sekali berbuka puasa bisa habis empat porsi. Sungguh rakus diri ini. Maklum, mungkin balas dendam karena seharian tidak makan. Perut langsung buncit, sehingga tidak bisa bergerak luasa. Efek kekenyangan. Tanpa makan nasi, sudah terpuaskan.

Bubur Sumsum

Warung lapak-lapak ini biasanya berada dimulut gang. Sangat mencoloklah jika lewat di jalan raya. Apalagi nanti saat mendekati berbuka, sekitar jam lima sore. Wow ramai deh. Pembeli sampai berkerumun, menutup wajah penjualnya. Laris-manis betul langganan saya ini.

Jajanan dibawa pulang, sambil nongkrong didepan komputer. Menunggu bedug tiba. Bulan ramadan, lumayan banyak kegiatan diluar. Belum lagi kegiatan menulis blog yang lumayan padat. Target publish harus diselesaikan juga. Ya, demi rupiah tetap harus dijalanin dengan riang gembira. Biar bisa lebaran kayak orang pada umumnya gitulah.

Menulis tetap harus aktif, walau tidak seproduktif dibulan lainnya. Karena menulis bagi saya adalah sebuah hiburan, setelah dilelahkan oleh rutinias kerja. Sekaligus, menulis untuk mencari tambahan recehan. Modal kawin.

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top