Gus Baha Seorang Kyai Nyentrik dan Unik

Gus Baha

Beberapa minggu ini, saya lagi senang mendengarkan pengajian tafsir Al Qur 'an yang disampaikan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim. Mendengkan atau menyimak lewat video Youtube. Sehari bisa lima video lebih, jadi harap maklum jika terpaksa blog harus terlantarkan. Karena semangat menulis terkuras atau diambil alih kesukaan saya dengan KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih terkenalnya dengan sapaan Gus Baha.

Kalau saya mendengarkan ceramahnya Gua Baha dalam menyampaikan tafsir  Al Qur ;an, saya jadi ingat sewaktu masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya sudah hoby sekali belajar tafsir Al Qur an dengan model huruf arab pegon. Tafsir Arab Jawa Gandul, itulah saya menyebutnya. Bahkan saya sempat lincah membaca arab gandul ini. Tapi sekarang, terkendala dengan daya ingat, jadi lupa semuanya.

Dulu saya belajar tafsir Al Qur 'an pegon setiap hari minggu di musholla tetangga desa. Jarak dari rumah tidak begitu jauhlah, mungkin hanya satu kilometeran. Musholla tempat saya mengaji itu sangatlah sederhana. Dan yang ikut mengaji golongan orang tua, sudah sepuh-sepuh. Saya sendiri yang masih bocah. Guru saya bernama KH Badarudin. Pengajian ini diadakan setiap malam minggu bakda isyak.

Penampilan atau gaya Gus Baha mirip dengan guru saya. Sederhana. Gus Baha lebih sering menggunakan kopiah hitam, kemeja putih dan sarungan. Sepintas bagi orang yang belum mengenal KH Ahmad Bahauddin Nursalim, pastinya akan meremehkannya. Akan dianggapnya orang biasa. Kyai yang unik dan nyentrik. Gaya bicaranya juga ceplas-ceplos, ringan dan mudah dipahami.

Gus Bah ahli fiqih dan hafal Al Qur'an tapi sepertinya dia lebih menekuni dibidang tafsir Al Qur an. Khususnya Tafsir  Al Jajalain, sebuah kitab yang terkenal yang dikarang oleh Jajaluddin Al Mahali. Gus Baha menyampaikan tafsir suatu ayat, yang disertai dengan sejarah ayat itu diturunkan. Semua disampaikan dengan suasana keakraban, dan diselingi humor. Sehingga mengundang tawa bagi santrinya.

Tapi saya sendiri belum tahu pasti. Dimana Gus Baha menetap. Apakah di Jogja atau di Narukan. Seandainya beliau di Jogja, ingin sekali bertemu langsung. Untuk menghadiri pengajian tafsir Al Qur an. Biar ketularan alimnya. Semoga saja, suatu saat kesampaian bisa bersalaman dengan Al Mufassir Al Faqih Asy Syaikh Ahmad Bahauddin Nursalim An Narukini. Kyai yang begitu sederhananya, tapi ilmunya segudang. Alimnya sungguh luar biasa.

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top