Hari Pahlawan Nasional diperingati setiap hari tangal 10 November. Penetapannya dilakukan melalui Keputusan Presiden atau Kepres RI nomor 316 tahun 1959. tentang Hari-Hari Nasional yang bukan Hari Libur. Kepres tersebut ditandatangani oleh Presiden Sukarno paga tanggal 15 Desember 1959. Kenapa tanggal 10November? Karena pada tanggal tersebut terjadi peristiwa yang sangat heroik, yaitu peristiwa Pertempuran Surabaya, pejuang Indonesia dengan gigihnya melawan pasukan Inggris. Jadi ingat tentang Bung Tomo.
Nah mumpung Hari Nasional, Hari Pahlawan yuk wisata ke tempat-tempat yang penuh dengan nilai sejarah. Wisata yang bernilai edukasi. Ya agar kita tidak dengan mudahnya melupakan perjuangan para pendahulu pendiri bangsa. yang telah mengorbankan harta, jiwa dan raganya. Kita sebagai generasi penerus, harus bisa mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Terus perupaya menjalin persatuan dan kesatuan, demi kokoh dan tegaknya bangsa. Cita-cita dan perjuangan para pahlawan, harus kita lanjutkan.
![]() |
| Monumen Pancasila Sakti |
![]() |
| Sumur Maut Lubang Buaya |
Eh sebenarnya Abang itu mau mengajak berwisata kemana? Kalimat pembukanya kok berkobar-kobar begitu. Hehehe..., jadi malu sendiri. Oh iya, kali ini, saya ingin mengajak wisata ke Museum Pengkhianatan PKI (Partai Komunis Indonesia). Museum ini masih dalam satu area atau satu komplek Monumen Pancasila Sakti di Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Sehingga tiket masuknya sudah satu paket, saat masuk gerbang loket Monumen Pancasila Sakti. Harga HTM (harga tiket masuk), super murah, sekitar Rp 2.500/perorang.
Sayang banget kan, jika sudah ke area Monumen Pancasila Sakti jika sampai tidak masuk ke dalam Museum Pengkhiatan PKI (Komunis). Terasa kurang lengkap dah! Oh iya, Museum Pengkhiatan PKI (Komunis), pernah mengalami renovasi sekitar tahun 2013-2014. Saat mengalami renovasi, sempat ditutup. Museum Pengkhiatan PKI (Komunis) diresmikan oleh Presiden Suharto pada tanggal 1 Oktober 1992. Museum ini terdiri dari dua lantai. Di dalamnya terdapat beberapa diorama yang menggambarkan sepak terjamg PKI atau perjuangan tentara TNI dalam menumpas pergerakan partai terlarang ini.
Tidak hanya diorama saja, saya sempat juga melihat bentuk senjata jaman dulu. Senjatanya sangat jadul, entah itu senjata yang digunakan TNI atau pemberontak, saya tidak sempat membaca detail tulisan yang ada. Ruang diorama ini lumayan luas. Saat kita menyaksikan adegan yang ada di dalam diorama, seakan-akan pikiran kita terbawa pada masa lalu. Adegannya seakan-akan hidup. Super makjubkan, saya pun kagum dibuatnya. Emangnya ada berapa diorama Bang? Waduh, saking banyaknya, saya tidak sempat menghitung. Kurang lebih sekitar 34 diorama, atau bisa jadi lebih.
Nah, kalau kita sudah puas keliling menyaksikan adengan diorama yang terlindung kaca saatnya kita masuk ke gedung selanjutnya. Gedung ini ada disebelahnya dan masih terhubung dengan lorong jembatan. Dalam gedung ini, terdapat koleksi barang antik atau barang peninggalan yang pernah dikenakan para Pahlawan Revolusi. Semisal sepeda jaman dulu, baju dinas, koleksi photo, video era revolusi dan sebagainya. Dan di dalam gedung ini juga ada ruang bioskop mini yang pergunakan untuk menonton film F 30/S/PKI.
Eh sudah tahu belum siapa saja itu para Pahlawan Revolusi? Ya ampun Bang, itu mah pertanyaan mudah. Pahlawan Revolusi Indonesia ada sepuluh (10), yaitu Jendral Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen M.T. Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen D.I. Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, Kapten Pierre Tendean, Karel Satsuit Tubun, Brigjen Katamso Darmokusumi dan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto. Hebat, bisa hafal nama-nama para Pahlawan Revolusi!
Lelah keliling nonton diorama yang ada di dalam Museum Pengkhiatan PKI (Komunis). Saatnya kita ke luar, menghirup udara segar. Eh di pintu keluar, ada kendaraan Panser. Kendaraan yang dulu dipergunakan untuk iring-iringan pemakaman jenazah para jendral korban peristiwa 30 September 1965. Bisa photo-photo selfe jadinya. Kita jadi tahu model kendaraan tentara Indonesia era jaman itu. Kendaraannya kelihatan unik. Setelah itu kemana lagi Bang? Biasanya seh, terus ngumpul-ngumpul di mushola, sambil istirahat makan. Baru pulang!

.jpg)


.jpg)

.jpg)

.jpg)
.jpg)
.jpg)





.jpg)
ngeliatnya memang agak merinding rasanya, kebayang musik yang ditarok di filmnya itu
BalasHapusMurah banget Mas cuma Rp. 2.500 aja, kalo ke Jakarta, jadi pengen ke sini juga.
BalasHapusEsos museos cargados de historia son siempre un recordatorio de donde venimos. Un abrazo
BalasHapusKonon katanya Lubang atau Sumur lubang Buaya masih tercium bau amis. Benarkah itu bang?
BalasHapus