Iseng-iseng sama chat GPT tentang atau soal Djangkaru Bumi. Eh ternyata jawabannya, Djangkaru Bumi adalah sebuah portal media online yang membahas tentang berita terkini, isu-isu soal, kehidupan, kisah inspiratif, budaya tradisional, kulineran khususnya kulineran kaki lima, perjalanan wisata dan sesekali menyajikan seputar dunia hiburan. Wah bikan ngakak saja hahaha. Kok segitu detail jawabannya.
Ya ya ya soal kulineran, memang saya lebih banyak mengulas atau memberiakan kulineran kaki lima. Sebenarnya ingin seh, ingin mengulas kulineran dunia lestoran atau setidaknya cafe-cafe, tapi ya kok belum percaya diri. Ih Abangku suka merendah, kagak percaya diri atau memang belum punya budget? Nah itu sebenarnya yang saya maksud, belum punya dana yang cukup buat jajan di tempat elit hahaha.
Eh kadang kulineran di warung-warung kaki lima juga tidak kalah nikmatnya kok. Sudah nikmat, harga terjangkau pula. Itulah enaknya kulineran di warung-warung sederhana. Eh sudah tahu belum asal-usul nama warung kaki lima? Belumlah Bang! Dulu nih, sebutan warung kaki lima itu hanya dikhususkan buat warung gerobak yang mangkal di pinggir jalan, biasanya di atas trotoar. Gerobak ini, punya roda tiga. Roda utama yang besar, berada di kanan kiri gerobak dan roda yang lebih kecil berada di belakang gerobak. Roda kecil ini fungsinya hanya untuk penyeimbang saat didorong. Belum lagi ditambah roda eh kaki yang punya gerobak, ada dua. Kalau kita jumlah, tiga kaki grobak dan dua kaki yang punya gerobak, totalnya ada lima kaki. Makanya dijuluki, warung kaki lima. Oh betigi!!!!
Tapi dengan seiring jaman, kadang disebut warung tenga biru. Karen peneduhnya menggunakan terpal atau tenda warna biru. Ah jadi ingat lagunya Desi Ratnasari, yang berjudul Tenda Biru. Aduh Bang, itu mah lagu tentang pernikahan hahaha. Dan kini sebutan warung kaki lima juga diperuntukan untuk penjual-penjual lesehan. Entah itu penjual mainan, busana dan sebainya. Emang seperti itulah ya, setiap zaman selalu mengalami perubahan makna.
Eh untuk kulineran warung kaki lima nih, saya punya cerita baru. Ya itu Warung Nasi Gule Daging Sapi Ibu Sri Brebes yang mangkal di jalan utama Perumahan Gading Griya Lestari, Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara. Bang yang benar itu gulai atau gule? Ya ampun, mau bahas kulineran kok ditanya soal kamus bahasa Indonesia segala hahaha. Yang tepat penulisannya adalah gulai, yang puna makna sayuran yang bumbunya kaya dengan rempah-rempah. Sehingga kuahnya kental berwana kekuning-kuningan. Ah apa arti sebuah nama, yang penting paham maksudnya hahaha.
Warung Nasi Gule Daging Sapi Ibu Sri berdiri sudah cukup lama, sekit tiga puluh lima tahuanan. Dan ini adalah generasi yang kedua. Seperti apa yang saya singgung di atas, yang namanya warung kaki lima, pasti tempatnya sangat sederhana. Warung ini buka dari jam enam pagi sampai menjelang maghrib.Soal harga, tergolong murah sekali, saru porsinya lima belas ribu rupiah. Gimana, cukup murah sekali bukan? Soal rasa bagaimana Bang? Eh jangan ditanya, super nikma dan sedap. Tersedia juga aneka gorengan dan kerupuk. Mau ngopi atau sekedar mau minuman yang lainnya, juga ada kok. Jangan lupa mampir ya!









Setuju tu, makanan gerai tepi jalan ni tak kurang juga enaknya kan. Ohh lagu Tenda Biru tu pernah popular di Malaysia satu masa dulu.
BalasHapusKesalahan nih baca artikel kulineran di jam-jam laper, apalagi artikelnya tentang gule yang sebetulnya salah satu makanan favorit saya. Hmm, auto ngiler deh jadinya 🤤
BalasHapusBerarti warung nasi gule Bu Sri ini sudah berdiri sejak zaman Soeharto ya, pasti laris sampai bisa bertahan selama 35 tahun.
BalasHapusBoa segunda-feira e boa semana. Obrigado pela visita e comentário.
BalasHapus35 tahun? Wah aku belum lahir, ini warung udah ada. Mana terjangkau pula... cuma 15 ribu udah bisa makan nasi gule daging. Tambah gorengan enak tuh. bakwan dan tempe goreng hehe
BalasHapus