Sumedang, terkenal dengan tahunya. Apa bedanya tahu Sumedang dengan tahu daerah lainnya? Dari tekstur, warna dan rasa yang khas. Tekstur luarnya renyah tapi dalamnya lembut. Warna kecoklatan yang khas. Dan rasanya gimana gitu, pokoknya super enak, beda dengan rasa tahu lainnya. Yang jelas, tahu Sumedang punya ciri tersendiri, kadang sulit dijelaskan hehehe. Konon cerita, Tahu Sumedang punya kekhasan sendiri, karena faktor sumber daya air yang mengandung unsur kaya mineral dan koagulan alami.
Tahu Sumedang punya sejarah yang begitu panjang, menurut catatan sejarah. Perintis tahu Sumedang adalah On Kino pada tahun 1917 yang kemudian dilanjutkan putranya bernama Ong Bungkeng. Diera putranya inilah, usahanya berkembang pesat, usahanya laris manis. Sehingga produksi tahunya menjadi ikon kota Sumedang. Itul;ah sejarah singkatnya ya. Emang ada sejarah panjangnya? Baca sendiri di Google!
Kalau saya dulu sering ke Kota Bandung, hampir setiap pemberhentian bus, saya selalu beli tahu Sumedang yang dijajan para asongan keliling. Belum lagi nanti jika masuk ke Terminal bus, di sana juga ada penjual tahu Sumedang, yang biasanya satu paket dengan nasi kelontong. Sudah dibungkus rapi. Kalau soal harga, saya sendiri tidak ingat, ya maklum karena peristiwa lama. Daya ingat sudah tidak begitu sampai jika disuruh mengenang dengan detail hehehe.
Karena tahu Sumedang punya tekstur dan cita rasanya yang khas inilah yang bikin kangen. Rasa gurihnya yang bikin nagih. Tahu Sumedang dicampur dengan mie instan, atau buat teman nasi hangat. Wow banget. Atau hanya sekedar buat gayong atau lalapan, juga enak. Tahu Sumedang, berteman cabe hijau plus kopi atau teh, hemmm lengkap sudah. Satu kantong kresek plastik, bisa habis sendirian.
Eh ngomong-ngomong soal tahu Sumedang nih. Ada pria anak tiga yang jual tahu Sumedang keliling sering lewat depan rumah. Eh tidak sering seh, sebulan sekali atau dua kali paling banter. Kalau lewat biasanya bakda isyak. Kalau dia lewat, saya sering membelinya, jika punya duit hehehe. Dia jual tahu dengan cara dipikul.
Harga perbiji saya tidaklah mengerti pasti. Sepuluh ribu rupiah dapatnya 12 biji tahu, itu pun jika tidak salah ingat hahaha. Karena saya itu jika beli sesuatu jarang benget begitu memperhatikan harga detailnya. Eh kebetulan, kali ini saya bisa ngobrol sejenak dengan penjualnya, tapi saya lupa menanyakan namanya hehehe. Abang penjual ini sudah punya anak tiga, yang gede sudah sekolah SMP dan yang paling kecil baru berusia tiga tahun. Dan Abang Penjual ini saban harinya dari Sumedang ke Jakarta pulang pergi naik Bus.
Sungguh luar biasa ya, punya stamina yang prima. Saya saja, sudah hampir 15 tahun tidak bisa mudik ke kampung halaman hahaha. Lah ini bisa mudik tiah hari. Perjuangan dalam mencari nafkah layak untuk diancungi jempol. Hebat!. Dia jaga bercerita, belum tentu tiap hari dagangannya ludes terjual, kadang ada sisanya. Tapi saya kok ya lupa, usaha jual tahu Sumedang punya sendiri atau ada bosnya. Semoga lain waktu bisa bertemu kembali.






Muda lagi penjualnya walau anak sudah tiga. Semoga terus diberkati
BalasHapusPernah makan tahu Sumedang sewaktu berkunjung ke Bandung - Jakarta- Jogjakarta lama dulu. Dalam bungkusan tahu Sumedang ada disertakan cili padi hijau. Waktu itu kami tidak tahu bagaimana makan tahu dengan cili hehehee.
BalasHapuswow.... perjuangan yang mengagumkan...
BalasHapus👍👍
Padahal tahu Sumedang di tempat saya itu mahal loh. Tapi perjuangannya bener-bener bikin salut. Tiap hari PP Sumedang-Jakarta. Wow...
BalasHapusBekerja keras pria ini memikul hasil jualan berkeliling.
BalasHapusaku tuh sedih tapi juga saluuuut kalau baca yg begini.... hebaaat bapaknya, tahan bolak balik sumedang jakarta yg ga bisa dibilang deket... perjuangan banget yaa demi keluarga.... tapi semoga rezekinya berkah...
BalasHapusaku juga sukaaaa mas tahu sumedang.. apalagi kalo makan dengan sambal petisnya, tapi jrg jual kalo sambal petis.... deket rumahku jualnya pake cabe rawit hahahaha