Jurnal Ramadan Mendidik Anak untuk Disiplin dan Melatih Kejujuran

Masa kecil adalah masa yang tidak bisa dilupakan. Bahkan saat sudah dewasa pun akan selalu terngiang dengan masa saat masih anak-anak. Sebuah masa yang tidak terulang, sebuah masa yang selalu dirindu. Dimana, masa itu yang ada hanya tertawa dan menangis. Tak ada rasa terbebani dengan sebuah permasalahan atau istilah harus bayar tagihan bulanan. Tertawa terbahak-bahak dan nangis kejer jika keinginan tak diruti orang tua. Ngambek. Ah masa yang begitu indahnya.

Aduh, saya pun beberapa hari ini teringat dengan masa kecil. Berkumpul dengan keluarga atau bercanda dengan teman-teman. Bermain di sawah atau mandi di kali, hal yang sangat menggembirakan. Tapi ya itu, waktu tak bisa diputar ulang kembali. Waktu berjalan maju, menggilas masa lalu. Sehingga yang ada dikepala hanya berandai-andai. Ya ya ya, itulah kehidupan. Setiap detik akan menepakan sejarah.

Kali ini, saya mencoba untuk mengingat masa kecil. khususnya saat masih Sekolah Dasar alias sekolah SD. Tentang apa? Tentang Buku Jurnal Ramadan. Tapi saya sendiri lupa ya, saat itu dinamakan apa. Kalau kini kan buku Jurnal Ramadan, bentuknya hanya selembar kertas. Itu pun, muridnya disuruh print sendiri. eh era digital hahaha. Kalau dulu bentuknya ya menyerupai buku, sehingga ya sedikit tebal.


Dulu saat masih kecil, saya tinggalnya di kampung. Tapi tak begitu kampungan banget seh, ya masih lumayan. Tidak begitu jauh dari perkotaan. Bulan Ramadan, seperti apa yang saya singgung diatas, murid-murid SD mendapatkan buku Jurnal Ramadan dari pihak sekolah. Disuruh beli, tapi ya itu, saya juga lupa harganya hahaha. Yang nanti harus diisi dan harus ada tanda tangan dari pihak pengurus masjid. Biasanya seh, sang imam masjid. Atau yang dianggap sesepuh di masjid.

Mendapatkan buku Jurnal Ramadan, sebenarnya sedikit ada rasa beban seh. Apa itu? Malas banget minta tanda tangannya. Harus nunggu salat selesai, baru bisa bertemu dengan sang iman. Ya kalau imamnya sebentar dzikirnya, kalau lama kan jadi jenuh juga. Hal yang paling membosankan, adalah yang menunggu. Sampai saat ini, jika disuruh menungguh adalah hal yang bikin jengkel hati, hahaha. Iya kagak?

Giliran ketemu sang iman masjid, eh yang antri juga banyak. Jadi mirip kayak minta tanda tangan sama sang artis. Wah kalau dikenang memang ada lucunya hehehe. Sepertinya sang iman juga kewalahan, saking banyaknya yang minta tanda tangan. Anak-anak kadang juga berebut pengen minta duluan. Sang iman tetap dengan senang hati, wajah yang tetap ceria. Nah itu enaknya hidup di kampung. Masih serba ramah.

Apa manfaat dari dari Buku Jurnal ini? Pastinya banyak kalau dijabarkan. Tapi saya hanya akan menyebutnya secara simple saja, biar tulisan ini tidak begitu panjang. Manfaat dari Buku Jurnal Ramadan bagi anak-anak adalah melatih disiplin. Anak akan akan termotivasi buat puasa ramadan, salat berjamaah, entah itu salat wajib atau salat terawih dan tadarus (membaca Al Quran).

Tidak hanya melatih disiplin tapi juga melatih kejujuran. Wah kalau anak SD era saat saya masih kecil untuk berkata bohong itu tak berani. Umumnya akan berkata jujur, walau tahu resiko berkata jujur akan ada hukumannya., hehehe. Aduh jadi ingat saat nemu buah mangga jatuh, eh dituduh mencuri hahaha. Hal yang masih teringat sampai sekarang.

Selain melatih disiplin dan kejujuran apakah ada hal lain manfaat dari Jurnal Ramadan itu? Wah pastinya ada dong. Kalau era saya dulu, disuruh merangkum khotbah jumat dan khotbah setelah salat terawih. Agar bisa merangkum khotbah tersebut, pastinya anak-anak harus mendengarkan dengan saksama. Kalau anak-anak berisik dan bercanda, pastinya tak akan bisa mengambil kesimpulan dari ceramah sang khotib.  Bagaimana dengan anda, punya cerita tentang buku jurnal ramadan?

Berita Terkait

3 komentar:

  1. Masih ingat buku tugas Ramadhan masa kecil. Untungnya, Almarhum bapak saya dulu pengurus mesjid, jadi bisa punya akses ke Pak Imam dan penceramah yang berkunjung ke mesjid, jadi buku Ramadhannya selalu berhasil terisi dengan tanda tangan mereka. Seru juga sih kalau ingat masa-masa itu

    BalasHapus
  2. Kenangan yang indah, bener, ga bisa diputar lagi ke belakang, waktu terus saja melaju ke depan... Buku jurnal Ramadan di potong bagian atasnya untuk judul kolom/lajur, di buat beberapa lajur, bagian kanannya khusus untuk catatan ceramah, yang harus ditandatangi, saya ingatnya tandatangan tersendiri di paliing kanan. Bukunya dikumpulkan, terus ustadznya tanda tangan :)

    BalasHapus
  3. Jurnal Ramadan dulu semasa saya ditulis di buku tulis tersendiri. Kami disuruh menggaris, bikin tabel dan nanti ditandatangani guru agama. Di masa anak-anak saya bentuknya berupa buku yang berasal dari kertas yang sudah di-print.

    BalasHapus

 
Back To Top