Email: djangkarubumi@yahoo.com

Kejadian Aneh Saat Ziarah Makam Keramat Mbah Lancing, Mirit Kebumen

Makam Keramat Mbah Lancing

Saya sering mengatakan, piknik atau wisata itu tidak harus ke tempat yang wow. Semisal ke gunung atau ke pantai. Selama itu bisa membuat senang dan terhibur, bisa melupakan rutinitas dan kepenatan hati maupun pikiran, sudah termasuk piknik. Karenas saya itu tergolong kelas pas-pasan, wisatanya ke tempat yang murah meriah. Kalau perlu gratis. Salah satunya ke tempat kuburan atau makam, itulah kesenangan saya. Sekalian uji nyali, kalau perlu ya mengenang sejarah setempat atau situs, jika itu makam keramat.

Sejak dari sekolah menengah pertama, saya itu memang suka ziarah ke kuburan angker atau kuburan yang dianggap keramat. Sebuah kesenangan yang sebagian teman, menganggap saya itu kurang se-ons. Tapi bagaimana lagi, memang sudah kesukaannya. Emang tidak takut? Ya takutlah. Habis mau ke piknik ke luar negeri tak punya ongkos. Kan cari yang murah meriah, piknik ke alam kururan walau hanya melihat dari luarnya saja.

Dengan sering berkunjung ke makam, saya jadi ingat akan kematian. Sehingga, saya itu tidak boleh takut dengan lepasnya ruh, jika suatu saat memang harus berpisah dengan tubuh ini. Siap tidak siap, saya harus siap. Pada hakikatnya, kehidupan sekarang ini adalah sebuah mimpi, alias saat ini saya sedang tidur. Kehidupan yang sesungguhnya adalah kematian itu sendiri. Disana, saya jadi tahu mana yang penting dan tidak penting. Yang saya anggap dunia itu penting, eh ternyata di alam kubur adalah hal remeh temeh. Aduh, saya kok jadi mirip ustadz kondang yang sering nongol di televisi itu ya.

Sebenarnya, semangat menulis saya itu lagi kendor. Tapi saya paksakan untuk menulis. Sebagai terapi akan kekacauan yang ada di kepala. Lebih tepatnya adalah hati. Lah emang kenapa dengan hatinya? Ditinggl kekasih kah? Iya, orang yang saya puja kini telah mendua. Membagi kasih dan perhatiannya. Rasanya itu sakit sekali. Sakitnya tu disini. Ah, biarkan saya pergi menjauh, dan biarkan dia bahagia dengan yang baru. Aku rela. Duh iley, kasihan deh loe.

Saya itu, kalau pergi biasanya hanya koloran dan kaos oblong. Plus sandal jepit pula. Terasa lebih praktis. Tidak kuat dengan cuaca yang gerah. Badan mudah sekali berkeringat. Beraktivitas sebentar saja, keringat bercucuran. Maka dari itu, saya merasa lebih nyaman mengenakan koloran.


Kali ini saya berziarah ke makam mbah Lancing juga menggenakan baju dinas keseharian. Alias koloran saja. Benar-benar nekat saya ini. Sudah pada tahu belum apa itu Lancing? Lancing adalah kain pengikat kepala, sebutan nama masyarakat Mirit, Kebumen. Karena Kyai Bayi bin Dipodrono bin Keti Joyo suka mengenakan pengikat kepala, maka orang suka menyebutnya dengan nama Mbah Lancing.

Makam Mbah Lancing terasa ditengah hutan. Karena kanan-kirinya mudah sekali dijumpai pepohonan besar. Untuk masuk ke makam ini saja, terasa membelah hutan. Akses jalan yang tidak begitu lepar. Tapi jangan kuatir, jalannya mulus dan kini sudah beraspal.

Makam Mbah Lancing masuh dalam katagori cagar budaya. Makam yang dilindungi. Dulu sekitar tahun 2014, ada sekelompok pemuda yang berusaha membongkar makam ini. Dan mencoba untuk membakarnya. Mungkin terinspirasi dengan artikel saya yang sebelumnya. Mereka mengira, ada harta pusaka atau harta karun didalamnya. Untung saja bisa digagalkan.

Ada hal unik di makam mbah Lancing, Nisannya adalah ribuan tumpukan kain pengikat kepala. Kain Lancing. Kain itu adalah seserahan atau pemberian para ziarah. Jika terkabulkan doa atau hajatannya, biasanya kembali berziarah lagi dan memberikan kain diatas pusarannya. Yang berkunjung dari segala golongan. Jika musim pemilu atau pemilihan kepala desa, ramai sekali.

Ada kejadian aneh saat saya berziarah ke Makam Mbah Lancing. Saat ngevlog memasuki pusaran, obyek langsung memutih. Makam mbah Lancing tidak tampak. Saya pun sempat dibuatnya heran. Kenapa bisa seperti ini. Apakah mbah Lancing tidak berkenan jika saya videon atau ada jin-jin yang mengganggu kamera saya. Atau mungkin, saya dianggap kurang sopan dalam berbusana? Entahlah. Setelah saya meminta ijin secara ilmu kebatinan. Aduh gayanya mirip, mbah dukun saja. Obyek makam pun bisa terlihat. Jadi mirinding saya dibuatnya.

Berita Terkait

1 komentar:

 
Back To Top