Cerita Horor di Gerbang Belakang KBN Cakung Jakarta Utara

Gerbang Belakang KBN Cakung

Hidup ini terus bergerak maju. Selalu ada perubahan. Semua ada masanya. Kejayaan tidak selamanya langgeng. Suatu saat akan runtuh juga. Senang dan susah akan berakhir dan bergulir. Jika ingin bertahan, ya harus mengerti akan situasi dan kondisi jaman itu sendiri. Harus bisa beradaptasi. Jika tidak, tergilas oleh roda jaman.

Misalnya. Dulu orang punya telephone rumah, wow betapa bangganya dan kelihatan kaya. Punya wartel, benar-benar mentereng. Punya hape, walau saat itu bentuknta lumayan gede dan layarnya masih hitam putih, betapa hebatnya. Tapi kini, hal itu tergerus oleh perkembangan teknologi. Hal yang awalnya dianggap mewah, kini menjadi biasa-biasa saja.

Makanya saya itu tidak mau meratapi apa yang telah berlalu. Tidak mau berlarut dengan kesedihan. Dan tidak mau terlalu bernostalgia dengan kesenangan yang telah lewat. Biarkan semua berjalan dengan semestinya. Yang teleh usang, biarkan menjadi sejarah dan menjadi cerita. Biarkan menjadi bagian kisah dalam kehidupan saya.

Gerbang Belakang KBN Cakung

Kadang saya itu heran dengan diri saya sendiri. Kalau ngomong itu mirip ustadz dan motivator saja. Kata-katanya penuh mutiara dan kebijakan, walau sebenarnya isinya kosong melompong. Hanya indah dipermukaan, kenyataannya, dibawahnya penuh dengan rongga-rongga keroposan. Diluar tangguh, di dalamnya rapuh.

Saya ingin bercerita saat masih kerja di Kawasan Berikat Nusantara/KBN Cakung, Jakarta Utara. Dulu kawasan industri ini, penuh pabrik. Khususnya pabrik garment. Kawasan yang sebenarnya tidak terlalu luas. Karena antar pabrik hampir berdempet sehingga lumayan bisa menampung banyak persero.

Kawasan ini sempat mengalami kejayaan sekitar tahun 1990-an. Sedikit mulai meredup sejak ditahun 2010. Satu demi satu, banyak perusahaan yang tutup. Entah dikarenakan bangkrut, maupun pindah ke daerah lain atau ke luar negeri.

Saat jaya-jaya KBN Cakung, mampu menampung puluhan ribu karyawan. Atau bisa jadi mencapai ratusan ribu karyawan. Tapi ada yang unik, zona industri dengan karyawan sebanyak itu, pintu gerbang belakang kawasannya lebarnya kurang lebih empat meter.

Bisa dibayangkan saat jam masuk dan pulang kerja. Wah benar-benar berjubel dan saling dorong. Antriannya sungguh luar biasa. Apalagi di musim penghujan. Parah sekali. Ibarat kata, badan diam saja bisa gerak sendiri. Karena dorongan dari belakang sangat banyaknya.

Lebih menarik dan horor lagi. Karena kawasan ini pada umumnya perusahaan industri garment, otomatis lebih banyak kaum hawanya. Karyawan lelaki, masih dalam hitungan jarilah. Sehingga kaum adam akan panen surga. Kanan-kiri dan depan-belakang terdempet dan terhimpit benda kenyal, dingin-dingin empuk. Wow, aseknya.

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top