Pingkan Melipat Jarak Novel Karya Sapardi Djoko Damono

Pingkan Melipat Jarak Novel Karya Sapardi Djoko Damono

Pingkan Melipat Jarak, Novel Karya Sapardi Djoko Damono. Novel Kedua dari Novel Trilogi Hujan Bulan Juni. Aku jadi pengagum Bapak Sapardi Djoko Damono, karya-karyanya sungguh luar biasa, beliau ternyata jago juga dalam karya novel tidak hanya dalam hal karya puisi. Cover disetiap novelnya menarik dan punya ciri khas tersendiri. Sehingga mampu membetot mata pengunjung. Cover novel Pingkan Melipat Jarak berbackgorund warna merah dengan gambar burung origami terbang menembus awan putih. Mempunyai makna, semangat tinggi dalam meraih mimpi dan harapan. Doa-doa senantiasa dilantunkan. Tidak boleh putus semangat.

Hujan Bulan Juni Novel Karya Sapardi Djoko Damono

Membaca novel Pingkan Melipat Jarak, perasaanku terasa diaduk-aduk. Trenyuk dengan tokoh Sarwono, ada rasa iba. Sebegitu kuatkah cintanya terhadap Pingkan ? Sehingga harus merelakan raga dan jiwanya terkapar dan tidak berdaya. Penyakit kian menggrogoti. Aku sendiri tidak tahu apa itu cinta. Dan apakah harus seperti itu akibat dari jatuh cinta. Apakah cinta itu buta ? Sehingga Pingkan yang dilukiskan sebagai seorang wanita cantik bisa jatuh cinta dengan pria kurus kerempeng. Pria yang suka dengan musik jazz dan kwatrin-kwatrin puisi yang susah dicerna.

Pingkan Melipat Jarak Novel Karya Sapardi Djoko Damono

Oh Katsuo, pria jepang yang kehadirannya membuat Sarwono cemburu. Yang katanya ingin mengupayakan kesembuhan Sarwono, dan punya rencana untuk membawanya ke Rumah Sakit Jakarta atau bahkan jika perlu ke Rumah Sakit di Jepang, tapi kenyataannya diam-diam tanpa memberi kabar pada Sarwono Katsuo mengajak Pingkan ke Jepang. Pingkan terbuai rayuan Katsuo yang katanya semua juga demi Sarwono. Demi kesembuhan kekasih Pingkan.

Novel yang berlatar belakang budaya Jawa, khususnya Solo. Novel ini bisa menambah pengetahuanku akan budaya solo dan Jepang. Apalagi tentang orang-orang terpinggirkan budayanya yang berusaha menjadi pusat perhatian. Mempertahankan kepercayaan terhadap leluhurnya dan keyakinan bahwa dunia ruh itu ada. Mantra-mantra dialunkan dengan sesaji, yang akan dianggap aneh untuk jaman modern saat ini. 

Sedulur papat lima pancer, orang jawa percaya bahwa manusia memiliki empat saudara yakni kakaknya, ketuban, dan adik-adiknya yakni ari-ari, darah, dan pusar. Dan pada hakikat penyakit Sarwono, disebabkan oleh dirinya sendiri. Inti ruh Sarwono, melanglang buana, terlepas dari raganya. Apakah semua karena cinta ?

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top