Reaksi Full Day School

Reaksi Full Day School

Artikelku yang berjudul  Sekolah Sehari Penuh Full Day School ternyata mendapat sambutan yang meriah. Bahkan di media sosial, ada wali murid yang memberikan komentar yang menarik dan lumayan panjang. Mungkin sebagai wujud keprihatinan atas kondisi pendidikan dinegeri kita. Para Petinggi Kependidikan senantiasa meniru dan ingin seperti pola pendidikan yang ada di negara Eropa dan Amerika. Tapi sayang, cuma sistem atau kurikulumnya saja bukan termasuk fasilitas/gedung atau infrastrukturnya juga ikut ditiru. Ah !
Kalo sekolah swasta Insya Alloh mah TOP! 
Insya Alloh sangat siap sekali untuk program full day school karena sarana dan prasarana yang sangat memadai. Dari kondisi kelasnya, sanitasi (ketersediaan toilet dan air bersih), ransumnya, serta fasilitas pendukung lainnya. Banyak sekolah islam terpadu, swasta katolik, pondok pesantren, yang siap untuk wacana full day schoolnya Pak Menteri Pendidikan. Itu gak usah ditanya. Tapi itu swasta loh! 

Trus bagaimana dengan sekolah negeri? Pernah sekolah di SD Inpres? Gimana kondisi kelasnya? gimana sanitasinya? jangan salah gedung sekolah juga masih sharing loh! ada yang sharing dengan sekolah lain. Dan gak sedikit yang punya gedung tapi kondisinya sangat tidak memadai dan maaf maaf bisa dipake sharing sama kandang kambing. Sedangkan wacana Pak Menteri tidak hanya ditujukan utk sekolah yang udah ready to go saja tapi seluruh sekolah termasuk sekolah yg gedungnya masih sharing-an, sekolah yang gedungnya bisa masuk kategory waru doyong (selangkah menuju ambruk), sekolah yg siswa siswinya janggnkan mau BAB ( Buang Air Besar ), mau masuk toilet juga susah lantaran bau dan gak ada air sama sekali (kebayang kotornya).

Di Jakarta dan kota-kota besar di Jawa mungkin sekolah negeri banyak yang sudah sebagus sekolah swasta dalam hal sarana prasarana seperti sekolah eks RSBI dan sekolah SDSN atau sekolah unggulan lainnya. Tapi tidak dgn sekolah di luar pulau Jawa. Di Batam yg notabene kota besar, untuk sekolah unggulannya saja masih kesulitan ketersediaan air bersih untuk toilet sehingga bukan satu org siswa saja yang pernah bolak balik ke RS karena masalah kesulitan buang air kecil. (Akibat nahan sampe jam satu siang) gimana kalo harus nahan sampe jam lima sore? Dan ga bisa ngarepin juga kalo anggaran sekolah dari negara bisa menyulap sim salabim abrakadabra dalam sekejap sekolah-sekolah tersebut bisa sekonyong konyong rapi jadi layaknya sekolah IT atau swasta katolik.
Reaksi pembaca yang sangat menarik. Jadi ingat saat sekolah dulu, semua serba ngantri jika jam istirahat tiba. Entah di kantin, WC, atau untuk wudlu sholat luhur antrian begitu panjang. Bel berbunyi tanda jam istirahat telah usai tetap saja masih  dalam antrian. Masuk kelas jadi terlambat. Oh Bapak Menteri Pendidikan kalau ingin membuat wacana sesekali yang enak didengar. Sekolah gratis diseluruh Indonesia, entah negeri atau swasta sampai jenjang Sekolah Menengah Atas kalau perlu sampai universitas, gimana ? Bisa kagak ??

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top