Dapat informasi dari teman, katanya di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara akan diadakan Festival Budaya Ujungan Marunda. Wah saya pun penuh semangat dan senang hati mendapatkan kabar berita tersebut. Saya termasuk orang yang senang sekali dengan pertunjukan kesenian maupun kebudayaan. Disamping menghibur, saya jadi tahu adat istiadat dan kebudayaan suatu daerah. Bisa menambah kasanah wawasan maupun keilmuan saya.
Festival Budaya Unjungan Marunda, diadakan pada Hari Sabtu, tanggal 26 Oktober 2024. Sebelum berangkat, saya membaca peta lokasi. Titik kumpul Parade Budaya di Kelurahan Marunda. Sumpah, saya itu sering main di daerah Marunda, tapi sama sekali belum tahu letak Kantor Kelurahan Marunda. Saya sedikit keder dibuatnya. Apalagi saya berangkatnya sedikit mepet waktu, yang katanya Parade Budaya akan dimulai jam sepuluh pagi. Sedangkan saya berangkat dari rumah sekitar setengah sembilan pagi.
Singkat cerita, selesai mandi dan sedikit berdandan, hehehe. Langsung tancap gas, naik motor. Saya mengikuti arah petunjuk google map, yang mengarahkan lewat pinggiran. Tepi sungai, perkampungan Madura (Cakung Drain) menuju arah Cilincing. Ya ampun, saya kesasar jauh sampai mentok Kawasan Industri Marunda Cilincing. Akses jalannya yang begitu parah, bebatuan plus becek pula.
Yang saya kawatirkan jika ban motor sampai kena paku, aduh tidak kebayang itu. Cari tambal ban dijamin susah. Belum lagi, indikator jarum bensin juga mulai bikin jatung cenat-centut. Kenapa saya sampai lupa isi bensin terlebih dahulu. Ya itulah akibat jika berangkatnya terlalu tergesa-gesa. Tidak mempersiapkan segala sesuatu dengan baik.
Kong Mursad HS
Hampir sampai ke ujung jalan, saya baru ketemu warung penjual bensin eceran. Sambil bertanya alamat Kelurahan Marunda. Penjual bensin itu menjawab dengan ramah, "Lurus sedikit lagi, nanti baru belok kekanan, ada pertigaan belok kekanan lagi, lurus terus" Wah ini pertanda perjalanan saya masih jauh dah. Saya pun tetap mengendalikan situasi, jangan sampai sifat terburu-buru itu meledak. Sebab di Marunda banyak sekali kendaraan berat, dan terkenal dengan jalur padat. Harus tetap berhati-hati.
Saya pun mengikuti petunjuk si penjual bensin tersebut. Walau sebenarnya, saya sudah kesasar jauh. Dan sama saja putar balik, hanya beda arah. Dalam hati, sudah ada rasa putus asa, takut acara festival sudah kelar. Seandainya saya kesana, takutnya sudah bubar. Ah sudah tanggung, nekat saja dah. Anggap saja jalan-jalan, hibur diri.
Tibalah saya di Kelurahan Marunda. Dan ternyata sepi tidak ada kegiatan apapun. Ternyata titik kumpulnya bukan di Kelurahan Marunda. Tapi ditempat panggung festival langsung. Ya ampun, saya kok sampai lupa itu nama titik kumpulnya. Pokoknya dari Kelurahan Marunda, lurus terus sampai mentok, baru belok kiri. Ya beginilah, akibat dari kebinungan.
Ditempat acara lokasi sudah ramai. Banyak peserta parade yang hadir, berdandan gemoy. Ada yang ala peragawati dan sebagainya. Emak cantik-cantik tapi bikin sakit perut, hahaha. Tapi saya salut kok, dengan keramah-tamahan dan murah senyumnya. Penuh dengan keceriahan dan semangat, walau cuaca sudah mulai panas. Mau berpose saat diphoto.
Mumpung acara Fesival Budaya Ujungan Marunda belum dimulai. Saya pun menyempatkan keliling area untuk berphoto-photo. Bergaya photograper gitu dah. Ada aneka stand, pada umumnya menjual makanan dan minuman. Makanan khas Betawi juga ada, semisal Dodol Betawi maupun Kerak Telor. Penjual baju khas Betawi ada, mau mainan anak-anak boneka ondel-ondel juga ada. Lengkap juga standnya, dan semuanya ramai. Hebat banget ini panitia!
Festival Budaya Unjungan Marunda, dihibur dengan kehadiran Ondel-Ondel Betawi Sanggar Team Shar yang bermarkas di Semper. Sanggar yang tidak asing bagi saya, karena sering berjumpa. Saya pun langsung akrab dengan pemain Ondel-Ondel ini. Dan meraka pun saya ajak untuk berphoto.
Acara dimulai, saya pun mendengarkan dengan seksama. Tamu yang hadir dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Utara, Ibu Cucu Ritasari. Perwakilan dari Kecamatan. Pak Lurah Marunda, menyempatkan datang langsung. Perwakilan Kepolisian setempat dan para sesepuh seniman atau Jawara Betawi Marunda.
Saya jadi tahu apa itu Unjungan. Ternyata Unjungan adalah semacam pertarungan dua jawara, sebagai tanda syukur panen padi. Diringi alat musik sampong dan Tontong. Ini pertarungan antar jawara yang esktrim. Sampai berdarah-darah, mirip kesenian asal Dayak. Ditengahi wasit yang dikenal dengan sebutan Bebotoh. Itu hasil kesimpulan yang saya dengar dari sambutan pelaku sejarah, Kong Mursad HS.
Saya juga baru tahu, ternyata jika dulunya itu Marunda adalah persawahan luas. Marunda terkenal dengan masyarakat pertanian. Jadi setelah panen, mayarakat mengadakan pertunjukan Unjungan. Karena permainan yang ekstrim, sekitar tahun 1975 dibubarkan oleh aparat kepolisian. Ya karena pertarungan yang sampai berdarah-darah tersebut. Dan sekitar tahun 2005 baru dijadikan kesenian. Tanpa ada menimbulkan luka atau korban jiwa.
Konon cerita, masyarakat petani akan senang jika ada korban yang sampai berdarah-darah. Karena darahnya itu dipercaya mampu menyuburkan tanah persawahannya. Semakin banyak tanah yang kena darah pengorbanan, tanah akan jadi subur. Nanti tanaman padi akan lebih makmur. Unsur spiritualnya sangat kental banget ya. Sekali lagi, kini Unjungan dijadikan kesenian dan budaya.
Kepanasaran saya tentang Unjungan sedikit terpuaskan. Walau masih menimbulkan tanda tanya, alat peperangan yang digunakan para jawara itu apa ya? Apakah semacam pedang, kayu rotan atau kayu bambu. Tadi rencana mau bertanya langsung ke Babe Mursad HS, kok sampai lupa. Gara-gara akan adanya Parade Budaya, peserta keliling kampung.
Peserta Parade Budaya dengan dandanan yang unik, seperti yang saya singgung sebelumnya. Paling depan adalah arak-arakan ondel-ondel Betawi, sanggar Team Shar. Diringi dengan musik khasnya. Masyarakat sekitar menyambut dengan antusias. Mereka sangat terhibur dengan parade budaya ini. Terhibur dengan tingkah laku kekocakan emak-emak peserta Festival Unjungan Marunda.
Penyerahan Piagam Ujungan
Selesai acara Parade Budaya, saya pun juga langsung pulang. Maklum waktu sudah lumayan siang, terik matahari sangat panas dan menyilau. Sepertinya sebentar lagi akan berkumandang sholat luhur. Peserta pawai ada sebagian yang beristirahat sejenak dan ada sebagian bergegas pulang. Ada wajah-wajah lelah, tapi bergembira. Karena acara Festival Budaya Kunjungan bisa berjalan lancar. Super Meriah!
Saya sangat salut dengan panitia penyelanggara. Bisa sekompak dan sekreatif itu. Hebat sekali. Pastinya hal yang tidak mudah menyelanggarakan acara festival semacam ini. Semoga acara Festival Budaya Ujungan selalu menjadi agenda rutin. Tahun depan harus lebih heboh lagi. Bisa menjadi wadah perkumpulan para penggiat seniman. Khususnya seniman Betawi. Pelaku UKM juga lebih banyak yang dilibatkan. Salam sukses selalu, buat pak RW 03 Marunda!
Seru banget acaranya..sukses dan lancar..foto"nya juga bagus hasilnya...kayaknya sering banget ada festival ya...bagus deh melestarikan budaya agar gak punah.
Kegiatan festival budaya seperti ini harus tetap ada untuk menjaga kelestarian budaya daerah setempat, apresiasi kepada semua seniman juga sangat penting.
Nah dah kutebag kong mursadnya pastilah yang pake peci merah khas betawi...eh aku malah fokus ke dodol satibi itu...keliatannya enak dan legit...kerak telornya kenapa ga difoto mas? Aku kalau festival betawi yang takcari pasti pembuatan kerak telornya. Akhirnya setelah ada acara nyasar sampai juga ya, dan acaranya pun meriah banget. Suka melihat kostum adat yang dipakai peserta. Terlihat niat juga pengambilan fotonya oke semua
aku kalo ga baca ini ga bakal tahu ada parade budaya begini mas.... unjungan juga baru denger... jadi nambah ilmu deh...budaya betawi ini kaya banget yaa. cuma kurang digaungkan.. jd walo dah lama di jkt, aku blm banyak tahu ttg macem2 kesenian betawi..
bersyukur juga ada blog kayak mas Djangkaru yg suka membahas begini ..;)
Seru banget acaranya..sukses dan lancar..foto"nya juga bagus hasilnya...kayaknya sering banget ada festival ya...bagus deh melestarikan budaya agar gak punah.
BalasHapusKegiatan festival budaya seperti ini harus tetap ada untuk menjaga kelestarian budaya daerah setempat, apresiasi kepada semua seniman juga sangat penting.
BalasHapusBaru tahu kalo di daerah Marunda jalannya ada yang jelek bebatuan, kirain aku jalan di Jakarta itu sudah full mulus semua.😔
BalasHapusNah dah kutebag kong mursadnya pastilah yang pake peci merah khas betawi...eh aku malah fokus ke dodol satibi itu...keliatannya enak dan legit...kerak telornya kenapa ga difoto mas? Aku kalau festival betawi yang takcari pasti pembuatan kerak telornya. Akhirnya setelah ada acara nyasar sampai juga ya, dan acaranya pun meriah banget. Suka melihat kostum adat yang dipakai peserta. Terlihat niat juga pengambilan fotonya oke semua
BalasHapusaku kalo ga baca ini ga bakal tahu ada parade budaya begini mas.... unjungan juga baru denger... jadi nambah ilmu deh...budaya betawi ini kaya banget yaa. cuma kurang digaungkan.. jd walo dah lama di jkt, aku blm banyak tahu ttg macem2 kesenian betawi..
BalasHapusbersyukur juga ada blog kayak mas Djangkaru yg suka membahas begini ..;)