Rumah Pitung Marunda

Rumah Pitung Marunda

Rumah Pitung Marunda. Rumah ini berbentuk panggung bercorak warna kecoklatan tua kemerahan.Kalau menurut penilainaku rumah ini seperi rumah bergaya minangkabau. Rumah Pitung beralamat di Jalan Kampung Marunda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamtan Cilincing, Jakarta Utara. Menurut sejarah, sebenarnya ini adalah rumah milik Saudagar kaya yang bernama Haji Syaifuddin. Jadi Si Pitung cuma pernah singgah dan menginap disini dan sekaligus berguru ngaji kepada Haji Syaifuddin.

Rumah Pitung Marunda

Si Pitung Betawi

Pitung atau lebih akrab disapa dengan Si Pitung adalah tokoh legenda Betawi yang lahir di Rawabelong, Kemanggisan, Jakarta Barat sekitar tahun 1883. Nama Asli Pitung sendiri adalah Solihun, ayahnya bernama Bang Piung dan Ibunya bernama Mpok Pinah. Nama panggilan Pitung berasal dari kata Pitulung yang berarti suka menolong. Jagoan Betawi ini pernah di filmkan ditahun 1980an. Si Pitung waktu kecilnya berguru mengaji dan silat ke pada Haji Naipin. Berkat Gurunya inilah sehingga Si Pitung mempunyai ilmu kekebalan dan bahkan konon bisa menghilang.

Rumah Pitung Marunda

Rumah Pitung Marunda

Jiwa Kesatria dan sosialnya memang sudah nampak dari kecil, sehingga tidak mengherankan jika menginjak dewasanya Si Pitung perduli dengan nasib kaum miskin. Di mata Pemerintah Kolonial Belanda ( Kompeni), Si Pitung dianggap sebagai orang yang berbahaya kerena suka merampok kuam kaya keturunan Belanda atau orang Pribumi yang berpihak kepada Belanda. Hasil rampoknya dibagi-bagikan kepada kaum miskin. Inilah yang membuat berang Belanda sehingga Si Pitung menjadi target yang harus ditangkap dan dibunuh. Ternyata ada Teman akrabnya yang berkianat yang bernama Si Somad yang memberitahukan kepada Kompeni bahwa kekuatan Si Pitung ada di kalung jimatnya dan bisa dibunuh jika ditembak dengan pelor (peluru) emas.

Rumah Pitung Marunda

Rumah Pitung Marunda

Untuk menuju Rumah Pitung Marunda lebih mudahnya menggunakan Transportasi pribadi karena angkutan umum belum atau tidak bisa masuk area ini. Jalannya masih setapak, kanan kiri masih dipenuhi tambak ikan. Harga Tiket Masuk, sukarela pengunjung saja. Suka relanya inilah yang bikin kikuh dan tidak adanya karcis masuk inilah yang kadang petugas kesulitan mengenali pengunjung yang telah mengisi daftar isi. Mungkin karena wajahku begitu ganteng sehingga sampai tiga kali dipanggil petugas penjaga untuk mengisi daftar buku, ah mungkin maksudnya untuk membayar harga tiket masuk. Wajah ganteng memang menjadi pusat perhatian ( dilarang tertawa).


♥♥DjB♥♥

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top