SMP Kasih Ananda 1 Jakarta Utara, Sekolah Swasta yang Bermutu Prima

Bicara soal penerimaan siswa baru di sekolah negeri, saban tahun selalu bermasalah. Sering menerima keluh-kesah dari orang tua siswa. Pemerintah inginnya menggunakan teknologi tinggi, tapi tidak memperdulikan kemampuan atau sumberdaya dari masyarakatnya. Dikiranya, orang tua calon siswa paham dengan perkembangan teknologi. Terus yang gaptek teknologi? Mondar-mandir kesana-kemari, pening, lelah hati dan tenaganya. Tapi semuanya tetap dilakukan, agar anaknya bisa sekolah, pastinya ingin sekolah punyanya pemerintah. Sekolah yang gratis.

Pemerintah gencar mempromsikan wajib belajar bagi rakyatnya. Eh gilian masyarakat semangat ingin menyekolahkan anaknya, eh giliran pemerintah yang kelabakan. Ternyata, daya tampung sekolah sangat terbatas. Tidak hanya soal daya tampung, kayaknya juga kewalahan dalam menyediakan tenaga pengajar. Sarana dan prasana juga ikut keteteran. Eh dan eh apalagi ya, saya kok jadi kayak pengamat pendidikan saja, hahaha.

Petinggi yang penjabat pendidikan Indonesia, umumnya tamatan dari sekolah luar negeri. Kemungkinan, mereka ingin menerapkan ilmunya dan ingin mempraktekan pengalamannya di Indonesia. Lah iya, budaya dan pendapatannya beda jauh. Disana, orang kerja satu, bisa buat makan sekeluarga. Nah di Indonesia, orang kerja satu buat makan diri sendiri saja kurang hahaha. Aduh, saya kok jadi ngawur, semoga tak ada yang tersinggung, ini sekedar obrolan warung kopi. Oh jangan-jangan obrolan curhatan hati? hahaha.


Tapi emang yang jelas, penerimaan siswa baru tahun ini ya sedikit bikin gimana gitu. Penerimaan siswa baru dengan berpatokan umur, jalur zonasi itu yang bikin pegel hati. Jangan heran, jika anak-anak sekolah sekarang usianya pada tua-tua. Aduh, umur abis di bangku sekolah. Dan kayaknya juga penerimaan siswa tidak dengan tatap muka, ada siswa kebutuhan khusus dan seharusnya sekolah dikebutuhan khusus juga. Tapi diterima di sekolah umum. Apa tidak bikin repot pengajarnya. Dan akhirnya, dikelas berapa orang tua siswa nyerah. Anaknya keluar dan dimasukan ke sekolah khusus. Ada bangku kosong to. Wah saya kok semakin nerocos, hahaha.

Kurikulum sekolah yang sering berubah. Bikin repot semuanya. Orang tua juga ikur repot lo. Pengen mengajarkan apa, ya bingung. Saya pun juga berpikir, pasti guru atau pengajarnya juga gimana gitu. Mau tidak mau ya semuanya harus belajar atau mempelajari lagi. Yang ambil kebijakan mah enak, tinggal tunjuk jemari. Hahaha, saya kok jadi prasangka buruk. Tak baik. Semoga tebakan saya salah. Pada intinya semua ingin pendidikan di negara kita ini lebih maju. Bisa bersaing dengan negara tetangga. Malulah, dulu negara tetangga minta bantuan guru dari Indonesia, eh kini kok jadi kalah keok.


Aduh, saya kok seperti orang  tak punya impian ya. Yang namanya negara berkembang itu memang harus banyak uji coba. Demi menemukan jati dirinya. Mencari yang sekiranya cocok dan sesuai dengan karakter budaya Indonesia. Pokoknya cara apa pun di terapkan, sampai menemukan pilihan yang sreg. Walau resikonya banyak yang belenger dan kelenger hahaha. Ya semua selalua ada resikonya. Setiap kebijakan tak bakalan bisa memuaskan semua golongan. Pro dan kontra selalu ada. Yang namanya masalah sosial dunia. Selalu ada kekisruhan dan fitnah. Dunia ini kan memang tempatnya masalah.

Aduh, ngomong saya kok jadi tak nyambung. Kalau saya yang jabat, pastinya juga lebih kacau dan rusuh. Jadi tukang kritik, memang lebih asik. Dan kelihatan sok bisa tahu permasalahannya. Sok lebih ahlinya. Tapi tak apalah ya, biar ada penyeimbang. Kalau tidak begitu kan tidak seru. Saya itu mau ngomong tentang Sekolah Menengah Pertama Kasih Ananda I yang dibawah naungan Yayasan Kasih Ananda kok jadi menggurui. SMP Kasih Ananda 1 yang beralamat di Jalan Pegangsaan Dua Raya No 3, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jakarta, Indonesia.


Entah sudah beberapa kali, saya lewat SMP Kasih Ananda 1 ini. Mungkin sudah tidak terhitung. Ya karena saya sering lewat jalan raya pegangsaan Jakarta Utara, sehingga saya tidak begitu asing dengan sekolah SMP swata ini. Semakin tahun ke tahun makin apik. Ada sedikit perubahan bangunan. Gedung masjid yang makin rapi dan kantin yang kelihatan asri. Wow amazing sekali pokoknya mah. Saya dibuatnya pangling saat memasuki area sekolah ini.

Saya pun menyepatkan diri untuk potret sana-sini di area sekolah. Siswa-siswi berpakain rapi. Tutur katanya yang ramah, murah senyum. Para pengajarnya juga profesional, punya tanggung jawab yang tinggi. Saya juga sempat membaca visi dan misi dari sekolah SMP Kasih Ananda I, sungguh luar biasa. Terus berkarya menuju SMP Kasih Ananda I yang lebih berkualitas dan berjaya dalam mencerdaskan anak bangsa Indonesia. Telephone SMP Kasih Anda 1, 081284238270 - 085770829733 dan email: smpkasanda1@gmail.com

Berita Terkait

5 komentar:

  1. Iya juga sih makin hari makin sulit, dulu saat pendaftaran paling banter hanya mengandalkan nilai NEM dan bisa masuk sekolah yg kita mau,kalaupun misalnya tes dan lolos udah alhamdullilah..sekarang ada jalur zonasi segala..agak ribet ya...mudah"an dunia pendidikan kita gak makin mempersulit anak didik yg memang semangat meraih pendidikan

    BalasHapus
  2. segala perubahan memang harapannya adalah yg terbaik. Pendidikan sangatlah penting, terutama di jaman skrg yg mana tantangannya cukup keras. Selain pendidikan umum, pendidikan akhlak juga dibutuhkan.

    BalasHapus
  3. sekarang masih pakai zonasi g sih?

    BalasHapus
  4. Semoga pendidikan di Indonesia berubah ke arah yang lebih baik ya mas. Oh iya mas, kalau boleh tahu, para pengajar disana dibilang profesional dan bertanggung jawab itu ada parameternya kah. Saya ada ponakan di Jakarta Utara juga siapa tahu bisa diarahkan kesana pas naik SMP nanti

    BalasHapus
  5. Tapi bener sih yg mas bilang 😄. Aku sebel bgt sistem zonasi ini, ya kali anakku THN lalu kalah dari anak usia 10 THN , baru masuk sd 🤣. Keseeel jadinya. Untung ketrima di SDN lain, tapi jadi beda sekolah Ama kakaknya 😅

    Aku pun sebisa mungkin negeri dulu mas, kalo ga lolos baru berjuang di swasta 😂. Kalo ada yg gratis ngapain cari mahal toh 😁. Prinsipku, belajar bisa di mana aja. Dan semua tergantung anak. Kalo memang suka belajar, di negeri sekalipun dia bisa unggul. Kalo pada dasarnya males, mau sekolah mahal juga ga berkembang 😅.

    Semoga yaa sekolah di Indonesia ini bisa makin bagus kedepannya. Gaji guru juga sesuai, jadi sebagai pengajar mereka semangat juga. Trutama yg negeri kan.

    BalasHapus

 
Back To Top