Akhir kisah dari seseorang memang tidak ada yang bisa menebaknya. Mungkin sekarang jaya, eh esoknya redup. Atau yang kini seseorang itu aura kelihatannya maghrib, eh tidak sangka-sangka ternyata bisa bergelimang harta. Ah dunia memang begitu ya. Dunia memang berputar, tidak selamanya kehidupan ini siang atau malam terus. Matahari kadang terbit, beberapa jam kemudian tenggelam lagi. Dan terus begitu.
Ruhnya kehidupan ini ya memang dua ini, jika tidak senang ya susah. Selama masih hidup, siapa pun akan merasakan kedua rasa ini. Entah itu anak presiden atau anaknya orang yang tinggal di kolong jembatan. Orang yang terlilit hutang saja, kalau kita perhatikan kadang masih bisa tertawa. Eh ada juga yang tiap hari orang bisa makan enak-enak, eh kok ya nangis gara-gara keselek duri ikan. Ya ampun Bang, kalau soal keselek duri ikan, siapa pun juga nangis hehehe.
Ambuhlah, saya ini sebenarnya bicara apa ya hahaha. Kadang mau bahas apa, yang diceritakan apa. Isi kepala apa, eh giliran mengetik beda topik juga. Ya ya ya, saya menulis spotan saja, tanpa planning atau rencana. Kadang ingin bercerta tentang politik kekinian, ah tapi kok ya ogah-ogahan. Sebab politik kekinian itu, lebih banyak berebut soal jatah makanan hahaha. Husst..... kok jadi berprasangka buruk!
Eh soal makan, siapa yang mau bergerak pastinya akan mendapatkan jatah makan. Kalau jadi pemalas, ya mana bisa dapat makanan, seandainya dapat paling ya dari belas kasihan orang. Eits, ini saya ngomongin pribadi saya sendiri ya, tanpa menyindir orang lain. Badan kalau dituruti, inginnya rebahan di kasur saja, hahaha. Maka perlu menyemangati diri sendiri.
Kali ini saya bertemu dengan pria asal Semarang, yang bisa menjadi penyemangat agar saya terus bekerja dan bekerja. Berusaha dan berusaha. Tidak boleh ada rasa putus asa. Memang seh, masa depan itu tidak ada yang tampak jelas. Yang namanya masa depan, pastinya masih remang-remang. Orang hanya bisa menebak-nebak dan merancang-rancang. Yang penting hari ini terus bergerak dan berjuang.
Pria asal Semarang itu bernama Bang Yunus. Merantau ke Jakarta dari tahun 1994, wah sudah cukup lama juga ya. Betah juga di Jakarta. Saya salut banget. Kalau saya dah gerah tu. Belum tentu sanggup dan kuat tinggal di Jakarta selama itu. Ah Jakarta cuacanya panas. Udara panas, plus pikiran juga panas hahaha. Double panas dah!!! Tapi kalau dompet terisi banyak kertas merah, adem seh hahaha. Ih maunya!
Fisik dan semangat Bang Yunus ini memang prima. Kalau pagi, menekuni sebagai ojek online. Dan nanti sorenya antar-antar kangkung dan bayam ke warung-warung pelanggan. Aduh kalau saya mah mana kuat tu, yang ada letoy dah hahaha. Inilah yang membuat saya kagum. Walau sudah menjadi juragan kangkung, masih tetap mau menekuni sebagai ojol. Ancung jempol!
semangat bekerja untuk bisa bertahan hidup
BalasHapuskadang heran sama orang yang malas dan gak mau kerja
padahal ya hidup harus berjalan
masak malas2an doang
tapi merantau itu saya pernah mengalami
saya sekarang merantau sih
sampai kecebur di tempat tinggal sekarang hehe
Banyak orang seperti ini mas, meski dah jadi juragan tetap turun tangan dan tetap tampil low profile
BalasHapus