Harga Jahe yang Terus Naik, Berkah Bagi Petani Empon-Empon Kah?

Penjual Empon-Empon

Untuk menjaga kewarasan pikiran dalam situasi seperti ini sangatlah sulit. Benar-benar berat, penuh ujian dan tantangan. Apalagi yang demen pantengi itu medis sosial. Bisa-bisa stres deh. Jangankan orang awam, yang bertitel strata dua alias S2 saja dengan mudahnya kemakan berita hoaks. Bicaranya kadang tidak terkontrol, mudah panas dan mudah kehasutan berita yang belum tentu akurat informasinya. Tapi tak apalah, kalau tidak ada keributan, rasanya kok dunia terasa sepi. Yang penting hanya ribut di mulut dan di status media sosial saja. Tak perlu baku hantam.

Belahan dunia manapun, menghadapi virus Covid-19 sangatlah kewalahan. Walau pemerintah telah melakukan pencegahan dini atau antisipasi, tetap saja gagap dilapangan. Warganya ada saja yang kurang mendukung. Ada yang menyepelekan, menganggap hal remeh. Dan merasa dirinya kebal. Bahkan ada yang mengatakan virus itu hanya akan menyerang orang-orang yang bukan sekeyakinan. Dan segala alasan yang lainnya.

Sebenarnya, saya membuat artikel ini sedikit dirundung kemalasan. Benar-benar malas sekali. Keinginan untuk selalu menulis, tiba-tiba redup. Emang kenapa? Ya pastinya kehabisan stock bahan bakar. Job artikel placement maupun pendapatan dari iklan, menurun drastis. Tanpa bahan bakar, loyo. Gairah ikut ngedrop.

Belum lagi, saya melakukan banding ke google adsense, hasilnya selalu mentok. Disuruh memperbaiki, tanpa diberi tahu dimana letak kesalahannya. Tapi saya rasa seh, letak kesalahanya di nama domainnya. Hal sulit pastinya untuk memperbaiki, masak iya harus ganti nama atu kembali ke blogspot. Ah tidak lucu, ya akhirnya pasrah. Semoga lain waktu bisa mengajukan banding lagi, dan bisa menang. Walau kayaknya tipis juga dari harapan.

Ah jadi ngelantur bicaranya. Mau membicarkan tentang harga jahe yang terus naik, eh justru kehilangan kendali. Harap dimaklumi saja, ini hanya trik agar artikel bisa panjang. Ah teori kuno. Saya kan sering ke pasar, dan mengamati itu harga jahe. Dan karena memang teman saya penjual jahe di pasar tradisional.

Teman saya tidak hanya menjual jahe saja. Aneka empon-empon dijualnya pula. Pada tahu belum apa itu empon-empon? Bahan baku atau rempah-rempah yang biasa digunakan untuk bahan baku atau ramuan obat tradisional. Betul sekali, wah ternyata sudah pada pintar. Empon-empon itu bisa termasuk, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak dan yang lainnya.

Akibat virus Covid-19 atau yang lebih dikenalnya dengan nama virus corona, harg jahe terus melambung tinggi. Untuk saat ini saja, harga jahe satu kilogramnya sudah berkisar 80ribu. Kalau harga jahe merah lebih gila lagi, bisa diatas saratus ribu perkilogramnya. Konon katanya seh, jahe bisa menjadi penangkal virus tersebut. Menjaga stamina tubuh, sehingga tidak mudah tertular atau terkena virus corona.

Apakah dengan harga jahe yang melambung itu menjadi berkah bagi petani empon-empon? Saya pun belum bisa menjawabnya. Jangankan jahe, jamu tradisional sachet keluaran pabrik pun ikut laris manis. Sungguh luar biasa antusias masyarakat akan kesadaran dari jamu atau ramuan tradisional. Tapi sayang, harus menunggu moment adanya virus Corona. Semoga seh menjadi berkah bagi petani, walau saya belum tahu kenyataan atu kepastiannya.

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top