Gas 3Kg Langka, Apakah Kena Dampak dari Virus Corona?

Gas 3Kg Langka

Virus Corona benar-benar mampu mengoncang perekonimian global. Aduh, saya ngomongnya kok kayak menteri keuangan saja. Itulah enaknya jadi blogger, bisa bergaya apa saja. Bebas sesuka hati. Gayanya sok orang penting. Suka memperhatikan isu kekinian. Tapi tak apa ya, biar tampak ramai saja. Sekaligus nimbrung, ikut berpartisipasi dalam menyampaian aspirasi masyarakat. Perduli wong cilik, mirip slogan parta merah berkepala banteng itu.

Suah hampir sebulan ini, warga disekitar kampung saya, kesulitan dalam mencari gas milon. Gas 3kg. Gas yang bersubsidi. Gas yang ditabungnya ada tulisan, Diperuntukan Bagi Rakyat Misikin. Bahkan ada yang sampai menenteng tabung gas kesana kemari. Dari warung ke warung yang lainnya. Hanya sekedar ingin membeli gas. Tapi apa yang didapatkan? Stock gas di warung kosong.

Itulah deritanya jadi rakyat miskin. Ingin beli gas saja, harus pontang-panting. Tanpa gas, bagaimana bisa memasak? Bagaimana anak-anaknya bisa makan, jerit dalam batin emak-emak. Aduh, berat dan pegal tanganya menentang gas 3 kg tersebut. Harus terus berjuang, untuk mendapatkan gas 3kg walau sampai keujung kampung tetangga. Tekatnya hanya satu, dapur harus ngebul.

Sebenarnya kalau punya duit banyak seh, inginnya beli gas alternatif lainnya. Semisal gas yang lebih besar, 5kg atau 12 kg. Apa daya, harga tersebut tidak terjangau olehnya. Dan belum lagi, tidak punya tabung kosong ukuran tersebut. Di rumahnya hanya punya tabung gas 3kg, itu pun pemberian pemerintah saat itu. Alias dapatnya gratis.

Saya pun sempat heran. Kenapa gas 3kg bisa sulit didapatkan? Apakah produksi gas Pertamina ikut kena dampak dari virus Corona ini? Sehingga mengalami penurunan produksi? Atau memang Pemerintah membatasi peredaran gas bersubsidi ini? Atau apakah akan ada kenaikan harga? Wah saya mah nya bisa meraba-raba saja

Wis pokoknya kalau membicarakan gas 3kg yang bersubsidi ini selalu menarik hati. Bikin darah naik  turun. Menguras emosi. Rakyatnya mah hanya bisa pasrah tak berdaya. Mau teriak kadang percuma, hanya menghabiskan tenaga saja. Perut sudah terlalu lapar, jadi tak punya gairah lagi untk memberontak.

Entah sampai kapan keberadaan gas 3kg ini akan mengalami kelangkaan. Semoga jangan sampai berlarut-larut. Apalagi, bulan ramadan sudah mendekati waktu. Rakyat ingin nanti ibadah puasa dengan tenang. Menu Saur dan berbuka selalu terhidang di meja makan. Ah, saya mulai berhayal.

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top