Kenapa Saat Makan Disebut Ritual yang Sakral?

Menu Buah dan Roti

Menurut petuah dari guru saya, "Bisa makan adalah suatu anugrah yang tidak terhingga, kenikmatan yang luar biasa". Kata orang pada umumnya, nikmat yang paling utama adalah nikmat iman dan keteguhan keyakinan. Guru saya pun terus memberikan penjelasan dan alasan. Jika orang tidak bisa makan, mana mungkin bisa menjalankan perintah agamanya. Mana mungkin dia punya tenaga untuk menggerakan tubuhnya. Yang ada, tubuhnya lemes, lunglai, dan yang lebih fatal kematian yang akan datang. Perhatikan, berapa banyak orang yang menukarkan atau pindah keyakinan dan kepercayaannya hanya agar bisa makan?

Maka saat makan, syukuri dan resapi. Berterimakasihlah kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki. Lihat berapa banyak orang yang ingin bisa makan tapi tidak mampu. Entah mulai dari yang tidak ada bahan yang ingin dimakan, karena sakit yang terpaksa harus disuapi. Atau dengan alat bantu infus agar cairan tubuhnya tetap terjaga. Atau mungkin orang yang terdampar ditengah laut karena melarikan diri dari negaranya. Atau mungkin orang-orang yang berada di camp-camp pengungsian.

Saat makan melibatkan segala panca indra. Dan sebagian tubuh manusia. Jadi makan tidak hanya sekedar memuaskan selera isi perut saja. Tidak hanya sekedar kenyang dan perut membesar. Indra penglihatan juga ikut bermain, melihat menu atau sajian apa saja yang indah menawan. Yang menggoda mata. Hidung, mengembus bau sedap yang dikiranya menggugah selera. Telinga, mendengarkan kecapan suara hasil mengunyah, atau mungkin mendengarkan penilaian pendapat orang disampingnya tentang menu santapannya. Indra rasa atau lidah, lebih kuat berperan, jika menurut enaknya, akan mudah dan bersemangat mengunyah dan menelannya.

Anggota tubuh, semisal tangan juga tampak aktif. Ingin mengambil semua menu atau hidangan didepannya. Semua ingin dicomotnya. Belum lagi kaki, yang kadang menghentak-hentak atau gerak-gerak pertanda ingin buru-buru menghabiskan makanan dimulutnya. Takut hidangan didepannya keburu disambar atau dihabiskan orang lain.

Dan menurut guru saya juga, "Seganteng dan secantiknya orang, jika sedang makan, kadar ganteng dan cantiknya berkurang". Kok bisa? Perhatikan gerakan dan mimik wajahnya saat mengunyak makanan. Tampak jelek sekali bukan? Bibir atau mulutnya yang bergoyang-goyang yang kadang merot kekanan dan kekiri. Atau mungkin hidungnya yang berubah menjadi kemerah-merahan seperti mau mengeluarkan ingus, karena kepedasan. Oh pantas juga ya, jika saat makan disebut ritual yang sakral. Menyangkut ruang privasi. Kalau menurut pendapat Anda?

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top