Apakah Media Sosial Berubah Menjadi Tembok Ratapan?


Dulu awal media sosial muncul, sangat asek sekali. Saling bersapa-ria. Berbagi kenangan indah. Bisa terhubung dengan kerabat jauh. Persaudaraan bisa akrab kembali. Terasa tidak ada jarak yang memisahkan. Seru pokoknya untuk saat itu. Jauh dari hal-hal politik kasar, berita hoax maupun cacian-maki. Yang ada hanya rindu menggebu.

Tapi lambat laun, peran media sosial semakin kompleks. Masuk ke sudut-sudut ruangan kehidupan. Tanpa media sosial sehari saja, konon katanya ibarat terjerembat dalam dunia purba. Gelap dan penggap. Hati gundah gelana. Ketinggalan informasi terkini. Media sosial sudah menjadi barang  candu. Media sosial menjadi ajang tampang selfie.

Fitur media sosial semakin lengkap. Tidak hanya sekedar membuat status tulisan maupun gambar. Tapi kini sudah bisa melakukan video streaming. Kemajuan luar biasa. Pengguna pun semakin dimanjakan. Semakin betah berlama-lama mantengin  gadget. Termasuk saya pastinya. Bisa menghabiskan waktu berjam-jam, hanya sekedar membaca status yang bersliweran di beranda.

Kalau dimalam hari, saya biasanya begadang. Nah saat begadang itulah, saya suka nonton streaming video. Khususnya streaming video yang ada di facebook. Seru sekali, ternyata banyak juga yang melakukan siaran langung. Dan penontonnya pun juga mencapai ratusan, sungguh luar biasa.

Tapi yang membuat saya prihatin. Ada sebagian orang yang melakukan streaming, bercerita tentang kegaluan hati. Sambil nangis-nangis di depan kamera. Pada umumnya hal patah hati. Ditinggal kekasih pergi.

Saat melakukan siaran lansung, ada pula yang sambil menyanyat-nyanyat tangannya. Pokoknya tangannya sampai berdarah-darah. Ada pula yang minuman racun nyamuk. Mulut berbusa, dan tahu-tahu tidak tampak lagi dilayar kameranya. Jatuh pingsan. Dan yang lebih nekat lagi, gantung diri sambil siaran langsung. Aduh, aneh-aneh saja. Tapi saya, hanya bisa menonton dan tidak mau memberikan komentar.

Gua ngak mau terus menerus jadi benalu di lingkungan gua. So kayaknya lebih baik gua enyah dari muka bumi ini. Bye!

Dan yang belum lama ini. Ada orang yang pamit bunuh diri dengan menulis statusnya di media sosial. Awal mulanya dikira bercanda atau lelucon. Ternyata, dia benar-benar melakukan bunuh diri. Aduh, apakah media sosial berubah menjadi tembok ratapan ya? Apakah kini orang lebih nyaman bercerita di media sosial daripada berbaur dilingkungannya? Jika kesedihan hati melanda, jauhi bermain media sosial. Karena dijamin, cahaya hati semakin gelap gulita. Keluar rumah dan pikniklah. Itu solusi lebih baik.

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top