Stop! Jangan Marah! Pengaruh Buruk Marah terhadap Kesehatan


Banyak orang yang tidak percaya, jika usia saya itu masih berkisar 18 tahunan. Mungkin mereka terkecok jenggot yang tumbuh di dagu saya. Sehingga wajah saya itu tampak lebih tua dari seharusnya. Boros umur, boleh dibilang begitulah. Setelah saya perlihatkan identitas KTP, barulah mereka itu mempercayainya. Bahwa saya memang benar-benar masih anak ABG. Anak remaja yang sedang mencari identitas dan jatidiri.

Selidik punya selidik. Ternyata yang menyebabkan saya boros umur itu dikarenakan sifat marah. Karakter yang suka mengamuk tanpa sebab. Emosi yang tidak terkontrol. Mudah tersinggung terus terjadilah amuk. Hal itu saya ketahui setelah membaca buku Stop! Jangan Marah!

Membaca buku Stop! Jangan Marah!, terbitan  Laksana, penulisnya A Yusrianto Elga. Saya menjadi tersindir tapi sekaligus tercerahkan. Buku ini enak dibaca, karena kualitas kertasnya juga super. Aman dan nyaman dimata, tidak mudah lelah. Jadi ingin terus melahapnya.

Di dalam buku ini memaparkan pengaruh amarah dari kacamata atau sudut pandang kesehatan. Ternyata dampaknya sungguh luar biasa. Berbagai penelitian medis telah menunjukan kaitan yang erat antara sifat suka marah terhadap kesehatan seseorang. Mulai dari darah tinggi, sakit jantung hingga stroke. Marah merupakan sifat manusiawi. Namun jika marah itu diungkapkan berulang-ulang dan berlebihan, maka hanya masalah dan gangguan kesehatan yang akan didapatkannya.

Di dalam buku ini pula nanti penulis akan menjelaskan atau menguraikan cara  efektif mengendalikan marah. Aneka teknik dan kiat untuk meredam amarah yang berlebih. Tidak hanya teknik dan kiat yang sifatnya psikologis tapi juga kiat-kiat mengatasi marah dari sudut pandang agama. Ayo dibeli-dibeli, biar tahu pengaruh buruk marah terhadap kesehatan. Sehingga berani mengatakan, Stop! Jangan marah!

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top